Jakarta, NU Online
Nabila Dewi Gayatri kembali memamerkan lukisan para ulama Nusantara di Grand City Mall Surabaya, Jawa Timur. Lukisan-lukisan itu dipamerkan di Grand Sahid Jaya, Jakarta, tahun lalu. Di Jakarta bertajuk Sang Kekasih #1, di Surabaya Sang Kekasih #2.
Nabila mengatakan, Sang Kekasih kembali digelar karena di Surabaya itulah NU lahir dan di Jawa Timur pula sebagian besar ulama yang membidani lahirnya NU itu berada hingga wafatnya. Terlebih lagi di Jawa Timur merupakan basis terbesar massa NU.
“Harapan saya sebenarnya sama dengan pameran-pameran yang saya gelar sebelumnya, yaitu agar pameran itu menginspirasi semua khalayak yang hadir dengan mengingat dan memandang wajah-wajah teduh mereka, akan mengingatkan kembali jasa para ulama Nusantara dalam membingkai agama yang sejuk, Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” jelasnya, Ahad (4/2) malam.
(Baca: Sang Kekasih #2 di Surabaya Pamerkan Wajah-wajah Kiai Nusantara)
(Baca: Melukis Wajah Kiai sebagai Tanda Bakti dan Penghormatan)
Menurut dia, seharusnya kita bersyukur karena mempunyai ulama teladan, yang mendedikasikan dirinya untuk agama, bangsa, dan negara. Mereka rela mengorbankan dirinya demi kepentingan orang lain, demi keindonesiaan.
“Dan sesungguhnya orang-orang demikian adalah pahlawan bagi kita. Ulama-ulama itu, kata dia, tidak hanya sangat penting bagi orang-orang NU, tapi bagi orang-orang yang beragama lain,” jelasnya.
Nabila kemudian menyebut beberapa jasa ulama-ulama. Pertama, mereka adalah yang berdiri di belakang Soekarno ketika hendak mendirikan negara ini. Setelah merdeka, mereka mengisi dengan mendirikan banyak pesantren, mengadakan tabligh-tabligh akbar, ceramah dari satu kampung ke kampung lainnya dengan harapan santri-santri dan masyarakat melek baca dan menulis, mempunyai moral yang baik (akhlaqul karimah).
Kedua, ulama-ulama itu adalah peletak dasar agama Islam yang toleran di Indonesia. Mereka menjadikan Islam agama yang melindungi agama yang lain, satu agama yang menghargai agama yang lain.
Ketiga, ulama-ulama itulah yang mewariskan ciri agama yang berkebudayaan agama yang menghargai tradisi dan kesenian.
“Jadi, ini adalah ingatan kolektif bangsa pada sebuah negara. Apalagi sekarang ini negara kita sedang dirongrong paham radikalisme dan purifikasi berlebihan,” katanya.
Menurut Nabila, di pameran Sang Kekasih #2 ada12 karya baru, yaitu lima lukisan Gus Dur (165 x 125 cm) dan tujuh lukisan kiai dari Aceh, Padang, Sambas (Kalimantan Barat), Banjarmasin (Kalimantab Selatan), Bali, Lombok, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat). Lukisan-lukisan itu berukuran 120 x 100 cm.
Pameran Sang Kekasih #2 dibuka Ketua PWNU Jawa Timur KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah pada 3 Februari lalu dan akan berakhir 12 Februari. (Abdullah Alawi)