Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (Kang Said) mengatakan, rugi besar bila pendidikan di Indonesia tidak mengambil kelebihan yang ada di pesantren. Pesantren dengan kiainya yang dengan tulus dan gigih mengelola pendidikan terbukti menghasilkan alumni yang luar biasa.
Demikian disampaikan Kang Said dalam pembukaan Simposium dan Musyawarah Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (28/3).
“Gus Dur, Nurkholis Majid, dan Pak Nasir (Menristek Dikti M Nasir, yang juga hadir pada kesempatan tersebut) adalah contoh-contoh alumni pesantren,” kata Kang Said.
Menurutnya, pesantren memiliki empat kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan yang lain. Pertama adalah ta’lim atau transfer of knowledge (pengetahuan). Kedua adalah tadris, karena para kiai pesantren mengamalkan dan mempraktikkan ilmunya. Ketiga adalah ta’dib, yaitu membentuk peradaban. Keempat, tarbiyah atau pengajaran.
Ini persoalan yang ringan diucapkan, tapi sangat sulit dilaksanakan. Pendidikan yang baik adalah yang bervisi dan bermisi membentuk masyarakat cerdas, pandai, mempunyai skill (keahlian), arif dan bijaksana.
Kiai dalam pengajaran ilmu nahwu dapat menyinkronkan dengan terminologi bahasa Jawa secara benar. Kiai memberi contoh secara langsung kepada para santri bagaimana saat menerima tamu, saat senang, saat sedih, dan menghadapi bermacam persoalan.
Kang Said merasa heran, pendidikan umum tidak mengambil sisi baik yang ada di pesantren. Padahal banyak sisi positif dari pesantren, juga tak sedikit pesantren yang maju.
Karena itu, kepada peserta simposium yang terdiri atas para mahasiswa utusan BEM perguruan tinggi NU seluruh Indonesia, Kang Said berpesan bahwa sebagai mahasiswa yang ingin mempertahankan ajaran Aswaja, ia tidak boleh melupakan akar, nilai ahlaq mulia, dan nilai moral, mental, spiritual, hasil dari pendidikan pesantren. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)