Jakarta, NU Online
Duka kembali mewarnai wajah pendidikan di Indonesia. Dua orang guru di Papua bernama Oktavianus dan Yonatan meninggal dunia oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Kejadian memilukan ini semakin menambah deretan para pahlawan tanpa tanda jasa ini yang darahnya tertumpah menyiram bumi.
Sebelumnya beberapa guru mengalami kejadian serupa seperti Alexander, seorang guru SMK yang tewas ditusuk di Manado. Ahmad Budi Cahyono wafat setelah dicekik dan dipukuli di Madura. Kilah, guru SD juga meninggal ditusuk di Sukabumi. Dan Yuyun guru SD yang tewas dibunuh di Banyuasin.
Terkait dengan rentetan kejadian ini, Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dudung Nurullah Koswara menilai profesi guru saat ini masih kurang dimuliakan. Faktanya profesi guru masih berisiko berujung kematian, dikriminalisasi, didiskriminasi, dipolitisasi dan dieksploitasi. Banyak oknum masih kurang menghormati dan memuliakan martabat guru.
"Guru masih dipandang 'Oemar Bakri' oleh sebagian orang," tegasnya, Ahad (11/4).
Ia pun mendesak semua elemen untuk bersama-sama melindungi keselamatan guru. Dudung mengingatkan bahwa Indonesia berdiri terkait dengan jasa para guru. Kebangkitan rasa kebangsaan dan kebanggaan sebagai bangsa adalah buah pendidikan formal yang melahirkan entitas pelajar. Golongan pelajar dan mahasiswalah yang mendapatkan pendidikan dari para guru sehingga rasa kebangsaan lahir sebagai pemantik pergerakan kebangsaan yang menafikan spirit primordialisme.
"Entitas guru adalah pewaras bangsa. Perjuangan melawan kebodohan berujung pada perlawanan terhadap kolonialisme. Kolonialisme adalah sebuah proses pembodohan bangsa buah dari kebodohan bangsa. Kebodohan bangsa hanya bisa “diurai” dengan proses pendidikan, dan guru adalah katalis yang mentransformasi kebodohan jadi kewarasan. Tewasnya sejumlah guru karena dianiaya dan dibunuh sungguh menyedihkan," tegasnya dalam keterangan tertulis kepada NU Online.
Menurutnya, selama entitas profesi guru dari suatu bangsa masih tidak aman dan masih penuh derita, maka selama itu pula masa depan bangsa masih terseok-seok. "Lindungi gurunya, sejahterakan gurunya, naikkan statusnya dan tingkatkan kapasitasnya maka bangsa akan lebih baik," imbuhnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh NU Online, kejadian wafatnya guru di Papua ini terjadi di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada pukul 09.30 WIT, Kamis 8 April 2021.
Guru tersebut tewas setelah ditembak sebanyak dua kali oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang masuk ke dalam kios rumahnya. Saat ini, pasukan gabungan TNI-Polri pun terus bergerak memburu KKB pimpinan Nau Waker yang melakukan tindakan tersebut.
Nau Waker sendiri telah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polres Mimika sejak 2018 karena sederet kasus kejahatan yang telah dilakukannya.
Usai menembak guru, KKB pimpinan Nau Waker juga melakukan tindakan kriminal, membakar SD, SMP, SMA di wilayah Kampung Julukoma, Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua, pada sore harinya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan