Nasional

Penerapan Nilai Pancasila melalui Majelis Tasawuf Transformatif

Selasa, 13 Agustus 2019 | 23:00 WIB

Penerapan Nilai Pancasila melalui Majelis Tasawuf Transformatif

Ilustrasi

Pancasila berisi nilai-nilai yang menjunjung tinggi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan, dan keadilan. Pancasila diakui oleh semua umat beragama di Indonesia sebagai dasar negara Indonesia. Konsep bernegara lainnya yang muncul dan ingin menggungguli sebagai konsep bernegara, tentu akan bertentangan dengan Pancasila. Hal itu disebabkan karena konsep tersebut hanya diterima oleh kalangan minoritasi golongan yang ada di Indonesia. Terlebih jika keinginan itu dibarengi dengan bentuk anarkisme, radikalisme, sampai terorisme.

Di tengah kemajemukan negara Indonesia, serta posisi demografis dan geografis negara ini yang strategis, ancaman seperti ini dapat terjadi kapan saja dengan mudah. Tidak sedikit informasi yang menyebut arus radikalisme atau terorisme selalu mengatasnamakan agama. Pun sampai saat ini, arus radikalisme masih terus bermunculan. Bahkan ironisnya arus radikalisme sudah menyebar di lembaga pendidikan. Berbagai aksi radikalisme dan penyebarannya disebabkan oleh faktor doktrin agama yang ekstrem, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Aksi radikalisme tersebut sangat bertentangan dengan pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa, apalagi dalam aksi tersebut diperjuangkan konsep Khilafah Islamiyah.

Dari kenyataan tersebut, terdapat beberapa cara untuk mengatasinya, antara lain dengan menggunakan pendekatan tasawuf transformatif. Tasawuf transformatif merupakan upaya untuk pelibatan diri seorang sufi dalam memperbaiki dan merubah kehidupan masyarakat. Tasawuf transformatif memiliki misi yang sama dengan neosufisme Nurcholish Madjid dan tasawuf modern Hamka. Di Indonesia, tasawuf transformatif banyak dijadikan sebagai alat dan wadah untuk melakukan perubahan masyarakat yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.

Ajaran tasawuf dianggap lebih relevan dan kontekstual dalam kehidupan masyarakat yang dinamis. Semangat berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila akan mudah diterapkan melalui jalur ini. Dengan tradisi sufi, masyarakat dapat mengembangkan nilai-nilai dan muatan tasawuf agar kemudian ditanamkan ke dalam jiwa masyarakat bangsa Indonesia terutama anak-anak didik untuk membentuk dan mengembang karakter Pancasilais.
 
Selain itu, dari perkembangan zaman, tasawuf sudah mengalami perubahan dari amaliah indiviudalistik ke sosial, dan dari zuhud antidunia ke zuhud yang memperbaiki dan ‘membumikan’ dunia dengan nilai-nilai tauhid dan sufistik. Nilai-nilai Pancasila sendiri tidak ditemukan pertentangan dengan nilai-nilai Islam, bahkan nilai-nilai Pancasila salah satunya bermuara dari nilai-nilai islami termasuk juga nilai-nilai tasawuf.
 
Nilai-nilai Pancasila dilihat dari perspektif tasawuf akan semakin memperkuat posisi Pancasila sebagai ideologi dan falsafah Bangsa Indonesia. Penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam perspektif tasawuf diharapkan dapat membentuk karakter pancasilais, yakni karakter yang terpuji dalam berkehidupan sosial, berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam artian, tujuan dari tasawuf transformatif yang menitikberatkan tidak hanya kesholehan secara pribadi, namun juga sosial, sejalan dengan apa yang digadang-gadangkan oleh nilai-nilai Pancasila.
 
Gerakan-gerakan tasawuf transformatif banyak ditemui dalam majelis-majelis tasawuf yang ada di Indonesia, salah satunya adalah di Majelis Maiyah Ainun Nadjib Yogyakarta dan Majelis Dzikir Manaqib Syech Abdul Qodir Jailani KH Muzakki Syah Jember. Majelis-majelis ini dianggap memiliki spirit tasawuf transformatif lantaran acara-acara majelisnya selalu diselingi dengan penanaman nilai-nilai dan pengembangan ajaran-ajaran keislaman dan kebangsaan. Dengan demikian, acara dalam majelis dapat bermanfaat bagi perubahan bagi masyarakat terutama peserta jamaah yang istiqamah mengikuti acara majelis.
 
Penelitian yang dilakukan oleh Sayyidah Syaikhotin dan Hasyim Asy’ari melalui bantuan penelitian bersama Pendis Diktis Kemenag RI tahun 2018 berjudul Geneologi Tasawuf Transformatif: Studi Multikasus di Majlis Maiyah Ainun Nadjib dan Majlis Dzikir Manaqib Syech Abdul Qadir Jailani Kiai Muzakki Syah, menyebutkan bahwa tasawuf transformatif yang dirumuskan oleh banyak peneliti, terdapat pada kedua majelis ini. Sebab, keduanya melakukan suatu gerakan amaliah tasawuf yang berupaya melatih aspek batiniah, juga melakukan perubahan pada masyarakat dan membantu masyarakat untuk menyelesaikan berbagai problematika kehidupannya.
 
Karena itu, apabila para jamaah melaksanakan amalan majelis tasawuf transformatif dengan maksimal maka ia akan mengalami perasaan kenikmatan yang sangat luar biasa. Kenikmatan ini akan membuat seorang jamaah mampu memperbaiki dirinya, menyelesaikan problematika kehidupan yang terjadi, sampai akhirnya dia akan mampu ber-tajalli dengan Allah sebagai khalifatu fil ardl (pelaksana mandat untuk mengayomi isi bumi). (Sufyan/Kendi Setiawan)