Nasional

Penguatan Ideologi Aswaja akan Dibarengi dengan Kemandirian Jam’iyah

Ahad, 31 Mei 2015 | 18:01 WIB

Tenggarong, NU Online
Ketua Pelaksana Program Kaderisasi PBNU KH Masyhuri Malik menekankan bahwa penguatan kembali ideologi Ahlussunnah wal Jamaah yang sekarang dilakukan melalui Pendidikan Kader Penggerak (PKP) NU pada saatnya harus dibarengi dengan pemandirian jamiyyah dan jamaah NU.<>

KH Masyhuri Malik menyampaikan hal itu Ahad (31/5) sore di hadapan 43 kader NU, termasuk dari utusan badan otonom NU, perguruan tinggi dan pesantren. Mereka berasal dari Samarinda, Kutai Kartanegara, Penajam Pasir Utara, Pasir, Bontang, Kutai Timur, Berau, Kutai Barat, dan Balikpapan. Kegiatan kaderisasi ini dilaksanakan oleh PWNU Kaltim dan dipusatkan di kantor PCNU Kutai Kartanegara, sejak Jum’at (30/5) kemarin.

Menurut Masyhuri Malik yang juga ketua PP LAZISNU, kemandirian organisasi bisa diwujudkan dengan memaksimalkan potensi warga sendiri. NU tetap menjalin kerjasama dengan pihak luar, namun kontribusi warga di berbagai tingkatan menjadi kunci dari kemandirian.

“Kontribusi warga NU dalam bentuk penyaluran harta atau tenaga untuk kepentingan organisasi ini pada gilirannya justru akan meningkatkan partisipasi untuk terus menggerakkan organisasi,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Masyuri Malik yang disebut-sebut sebagai salah satu calon ketua umum PBNU pada Muktamar NU di Jombang nanti juga menekankan pola penataan organisasi, termasuk pembentukan struktur sampai ke tingkat ranting, perapian admisistrasi kepengurusan sampai pendataan dan pengelolaan semua potensi yang dimiliki organsasi.

PKPNU di Kaltim yang dihadiri para instruktur kaderisasi dari PBNU Jakarta ditutup Sabtu malam disertai dengan prosesi pembaiatan. Sebelumnya, Wakil Bupati Kutai Kartanegara Ghufron Yusuf yang mengaku sebagai warga NU menyampaikan harapannya agar para kader NU menunjukkan keteladanan sebagai kader Islam Ahlussunnah wal Jamaah di tengah-tengah masyarakat.

Sementara Ketua PWNU Kaltim menyampaikan bahwa kaderisasi penting dilakukan dan terus dilakukan untuk menguatkan organisasi. “NU adalah sarana perjuangan umat, karena itu semua struktur harus dikuatkan,” katanya

Proses kaderisasi juga penting dalam rangka menyeimbangkan antara kekuatan kultural dan kekuatan struktural. Ia mengingatkan, silaturrahim harus senantiasa diakukan oleh para kader yang aktif dalam berbagai peran baik di dalam maupun di luar struktur kepengurusan NU. (Red: Anam)


Terkait