Nasional

Pengurus RMI PBNU: Diaspora Santri, Spirit Cetak Santri Intelektual

Ahad, 17 Oktober 2021 | 15:30 WIB

Pengurus RMI PBNU: Diaspora Santri, Spirit Cetak Santri Intelektual

Diskusi daring tentang diaspora santri di TVNU. (Foto: Tangkapan layar YouTube TVNU)

Jakarta, NU Online
Pengurus Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Abdulloh Hamid mengatakan bahwa diaspora santri merupakan bentuk spirit dalam mencetak santri intelektual yang diwasiatkan oleh KH A Wahid Hasyim. 


“Alhamdulillah diaspora santri ini merupakan salah satu spirit untuk mencetak para santri intelektual, atau intelektual yang santri,” ujarnya saat mengisi sambutan pada diskusi interaktif bertajuk Santri Goes to The United Kingdom: Trik Sukses Beasiswa LPDP Santri di TVNU, Sabtu (16/10/2021).


Ia mengisahkan bahwa di suatu forum rektor perguruan tinggi Nahdlatul Ulama se-provinsi Jawa Timur, salah satu pendiri Universitas Islam Malang (UNISMA) dan santri dari KH Wahid Hasyim, yakni KH Muhammad Tholhah Hasan, menjelaskan wasiat sang guru terkait pemberdayaan santri. 


“Dulu, Kiai Wahid Hasyim, ayahanda Gus Dur dan putra Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari bercerita ketika Indonesia merdeka, hanya ada dua jenis manusia. Pertama, santri. Kedua, orang pintar,” tuturnya.


“Biasanya santri tidak pintar. Nah, orang pintar bukan santri. Kiai Wahid Hasyim berwasiat kepada santrinya agar menjadi santri intelektual. Begitu kata Prof Tholhah, saya menirukan,” sambung dosen UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.


Kiai Tholhah, lanjut dia, bertekad untuk menghadiahi satu abad Nahdlatul Ulama dengan memberi kado sejumlah doktor dari UNISMA untuk NU. Sebagai generasi yang lebih muda, Hamid merasa tertampar dengan ghirah yang dimiliki Kiai Tholhah untuk Nahdlatul Ulama di tengah keterbatasan usia yang dimilikinya. “Sedangkan saya dan mungkin kita, kurang punya semangat seperti beliau,” ujarnya. 


Maka dari itu, sambung hamid, diaspora santri ini harus menjadi salah satu ikhtiar untuk berjejaring sekaligus menjadi kado satu abad untuk NU dalam menciptakan santri intelektual. 


Di kesempatan yang sama, ia berharap semangat santri dalam menuntut ilmu tiada surut. Karena, jika setiap yang diam yang terlihat adalah kebaikan. Maka dengan perjuangan, semua akan lebih bermanfaat. Oleh karena itu, pada satu abad NU kelak para santri harus bisa menjadi pemimpin. 


“Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Saya yakin satu abad NU para santri akan menjadi pemimpin di tempatnya masing-masing. Maka, mari teman-teman kita berjuang untuk menjadi santri yang bermanfaat bagi umat. Semangat untuk terus belajar,” pungkasnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa 
Editor: Musthofa Asrori


Terkait