Pentingnya Pertolongan Pertama Psikologis bagi Anak dalam Menghadapi Situasi Krisis
Selasa, 16 September 2025 | 20:00 WIB
Psikolog Klinis Dewasa, Muharini Aulia, saat mengisi Pelatihan Pendampingan Psikologi pada Anak di Aula Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (16/9/2025). (Foto: NU Online/Mufidah)
Jakarta, NU Online
Psikolog Klinis Dewasa, Muharini Aulia, menekankan pentingnya memberikan pertolongan pertama psikologis atau psychological first aid (PFA) bagi anak dalam menghadapi situasi krisis.
Menurutnya, langkah awal pendampingan adalah memahami kebutuhan anak. Apakah mereka ingin didengar, diajak bicara, atau sekadar ditemani?
“PFA itu bukan konseling, bukan juga psikoterapi. Kita hanya memberikan kebutuhan dasar, stabilisasi emosi, serta ruang aman bagi anak untuk bercerita. Jika dirasa perlu, barulah kita arahkan kepada profesional,” ujar Muharini saat mengisi Pelatihan Pendampingan Psikologi pada Anak di Aula Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (16/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa konsep PFA berbentuk prinsip 3L: look, listen, and link. Tahap awal adalah look atau melihat serta memahami kebutuhan anak, terutama terkait pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) yakni rasa aman, kenyamanan posisi, serta kebutuhan makan dan minum.
“Kalau kebutuhan dasar belum terpenuhi, anak tidak akan siap untuk melanjutkan ke kebutuhan psikologis,” ujarnya.
Lebih lanjut, Muharini menyinggung mengenai tugas perkembangan manusia yang perlu dipahami agar anak mendapatkan pendampingan sesuai usia dan tahap pengenalan emosinya.
“Misalnya, anak tantrum di mal, itu memang tugasnya. Artinya dia sedang mengenali apa yang dia rasakan, kok nggak enak banget ya rasanya, sesak dan saya nggak tahu harus ekspresiin gimana, akhirnya nangis atau tantrum,” tegasnya.

Sementara itu, Koordinator Wilayah Nawaning Nusantara DKI Jakarta Eka Fitri Rohmawati (Ning Afie) menjelaskan bahwa program pelatihan ini merupakan bagian dari Selasar Kasih. Program tersebut menjadi ruang belajar dan konsultasi terkait psikologi dan agama yang akan terus berkelanjutan.
“Selasar Kasih hadir sebagai wadah bagi masyarakat untuk memahami isu-isu psikologi dengan harapan masyarakat bisa lebih siap mendampingi anak-anak dalam berbagai situasi, termasuk saat menghadapi kasus krisis,” jelas Ning Afie.
Dalam sesi pelatihan ini, para peserta diajak melakukan praktik langsung. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok untuk membahas kasus nyata yang sering dialami anak, mulai dari perundungan, pelecehan, hingga pengalaman krisis lainnya.
Setelah diskusi, peserta mempraktikkan secara langsung proses melakukan pendampingan berbasis pertolongan pertama psikologis.