Nasional

Peran Orang Tua Penting untuk Ciptakan Liburan Asyik Tanpa Gadget

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:30 WIB

Peran Orang Tua Penting untuk Ciptakan Liburan Asyik Tanpa Gadget

Ilustrasi anak main gagdet. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Libur sekolah akhir tahun semester ganjil menjadi momen bagi siswa SD, SMP, dan SMA untuk beristirahat dari rutinitas belajar. Namun, tanpa pendampingan orang tua, masa liburan berisiko berubah menjadi waktu layar tanpa batas. Dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) Muslikah mengingatkan bahwa kehadiran orang tua menjadi kunci agar liburan tetap menyenangkan sekaligus berdampak positif bagi tumbuh kembang anak.


“Di era digital seperti sekarang, liburan tanpa gadget sepenuhnya memang sulit dilakukan. Namun, liburan dengan penggunaan gadget yang bijak justru sangat relevan,” ujar Muslikah kepada NU Online, Jumat (26/12/2025).


Muslikah yang juga menjabat Kepala Program Studi Pendidikan Profesi Konselor UNNES menegaskan bahwa gadget telah menjadi bagian dari kehidupan anak. Meski demikian, perangkat digital tidak seharusnya menjadi pusat aktivitas anak selama liburan.


“Yang terpenting bukan melarang anak-anak menggunakan gadget, melainkan mengatur, mendampingi, dan memberi teladan,” jelasnya.


Menurutnya, esensi liburan bukan terletak pada menghilangkan gadget sama sekali, melainkan mengembalikan keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata. Liburan menjadi waktu ideal untuk memperkuat interaksi keluarga dan pengalaman langsung anak.


“Orang tua sebaiknya memandang gadget sebagai alat bantu, bukan pengganti interaksi dalam keluarga. Melalui liburan, kita bisa mengeksplorasi alam, menikmati kebersamaan, dan mengajarkan kontrol diri kepada anak,” katanya.


Dampak Positif Mengurangi Gadget saat Liburan

Muslikah menyebutkan, pengendalian penggunaan gadget selama liburan membawa sejumlah manfaat psikologis. Salah satunya adalah meningkatnya kedekatan emosional dalam keluarga.


“Kedekatan emosional bisa terbangun karena adanya interaksi langsung antara orang tua dan anak, yang selama hari sekolah sering terhalang kesibukan,” tuturnya.


Selain itu, pengurangan penggunaan gadget juga berdampak positif pada keterampilan sosial anak. Anak belajar berkomunikasi secara verbal, menyampaikan kebutuhan, serta berempati terhadap orang lain.


“Anak belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya secara langsung, bukan hanya diam di depan layar,” ujar Muslikah.


Ia juga menyoroti meningkatnya kasus keterlambatan bicara (speech delay) pada anak yang terlalu banyak terpapar gadget. Menurutnya, liburan dapat menjadi momen pemulihan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak.


Manfaat lain yang dirasakan adalah menurunnya tingkat stres dan kelelahan mental. Selama masa sekolah, anak menerima banyak stimulasi digital. Ketika liburan, pengurangan gadget memberi kesempatan bagi otak anak untuk beristirahat dan menerima stimulasi yang lebih seimbang.


“Otak anak menjadi lebih segar, suasana hati lebih stabil, dan emosi lebih terkelola,” katanya.


Liburan yang minim gadget juga mendorong kreativitas dan kemandirian anak melalui aktivitas fisik, eksplorasi lingkungan, dan permainan nyata. Pengalaman tersebut, menurut Muslikah, akan membentuk memori positif jangka panjang.


“Tidak harus mahal. Pengalaman sederhana bersama orang tua akan jauh lebih membekas dibandingkan dengan waktu layar,” tegasnya.


Risiko Gadget Berlebihan Tanpa Pendampingan

Di sisi lain, Muslikah mengingatkan risiko penggunaan gadget berlebihan selama liburan tanpa pengawasan orang tua. Salah satunya adalah kecanduan layar yang dapat memicu tantrum dan ketergantungan berlebihan.


“Anak yang kecanduan gadget cenderung sulit lepas dari layar dan mudah marah ketika dibatasi,” ujarnya.


Kecanduan ini juga berdampak pada kualitas relasi keluarga. Meski berada di ruang yang sama, anggota keluarga dapat terpisah secara emosional karena masing-masing sibuk dengan gawai.


Risiko lain adalah paparan konten yang tidak sesuai usia, termasuk kekerasan dan pornografi. Tanpa pendampingan, anak belum memiliki kemampuan menyaring informasi secara mandiri.


“Anak bisa meniru nilai-nilai negatif yang mereka lihat, dan ini berbahaya bagi pembentukan karakter,” kata Muslikah.


Selain itu, penggunaan gadget berlebihan dapat memengaruhi regulasi emosi, pola tidur, dan kesehatan fisik anak.


Pola Ideal Penggunaan Gadget saat Liburan

Agar liburan tetap mendidik dan menyenangkan, Muslikah membagikan beberapa pola ideal penggunaan gadget. Pertama, orang tua perlu membuat kesepakatan bersama anak terkait durasi dan waktu penggunaan gadget.


“Konsistensi sangat penting agar anak memahami batasan dengan nyaman,” ujarnya.


Kedua, terapkan jadwal screen time yang teratur dan seimbangkan dengan aktivitas non-gadget, seperti permainan tradisional, olahraga ringan, memasak bersama, atau kegiatan keagamaan.


Ketiga, bantu anak memilih konten yang edukatif dan sesuai usia. Jika memungkinkan, lakukan aktivitas digital secara bersama, seperti menonton film keluarga.


Keempat, orang tua perlu menjadi teladan dalam penggunaan gadget. Sikap orang tua akan menjadi contoh utama bagi anak. “Kehadiran orang tua secara utuh adalah hal yang paling dirindukan anak,” katanya.


Muslikah menegaskan bahwa makna liburan terletak pada kualitas kebersamaan, bukan pada destinasi. “Liburan bukan soal ke mana kita pergi, tetapi bagaimana kita hadir sepenuhnya satu sama lain,” pungkasnya.