Perguruan Tinggi Berperan sebagai Katalis Pengembangan Humanitarian Islam
Senin, 14 Oktober 2024 | 11:30 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek RI Prof Abdul Haris saat sambutan dalam Seminar Pendahuluan Humanitarian Islam di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, pada Senin (14/10/2024). (Foto: NU Online/Afrilia)
Medan, NU Online
Seminar Pendahuluan Humanitarian Islam resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek RI Prof Abdul Haris di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, pada Senin (14/10/2024).
Dalam sambutannya, Haris menyatakan bahwa perguruan tinggi bisa menjadi katalis dalam pengembangan gagasan Humanitarian Islam.
"Dengan mengembangkan pendekatan yang moderat, inklusif, dan humanis ini kami yakin bahwa partisipasi perguruan tinggi dalam dakwah di Indonesia dapat berperan sebagai katalis untuk mengembangkan pemikiran islam yang relevan dan kontekstual," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa Humanitarian Islam sebagai pemikiran yang relevan dan kontekstual akan mampu menjawab tantangan global yang kompleks, serta mempromosikan Islam sebagai kekuatan perdamaian.
Ia kemudian mengutip Karen Armstrong dalam Fields of Blood, Religion and History of the Violence bahwa Islam seringkali digunakan secara keliru untuk membenarkan kekerasan. Padahal, esensi dasar agama adalah perdamaian dan kemanusiaan.
Ia juga menjelaskan, Islam bukan hanya sebagai agama ritualistik tetapi juga sebagai gerakan revolusioner yang menekankan keadilan sosial, emansipasi, dan berlawanan terhadap tirani.
Lalu Haris mengapresiasi inisiasi PBNU atas gagasan Humanitarian Islam dengan melibatkan perguruan tinggi.
"Ini merupakan penghormatan bagi kami insan perguruan tinggi untuk dapat terlibat secara kolaboratif dan partisipatif dalam inisiatif PBNU untuk meningkatkan peran Islam Kemanusiaan sebagai solusi permasalahan politik global," katanya.
Senada, Rektor USU Prof Muryanto Amin menyatakan bahwa diskusi terkait hal ini akan terus berlanjut di kalangan akademisi hingga berhasil diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Pemikiran ini akan terus berjalan karena kita sudah membentuk forum kebangsaan dan kajian-kajian humanitarian islam ini perlu segera kita reproduksi terus-menerus dan kita terjemahkan dalam internalisasi kehidupan kita sehari-hari," ujar Mury.
Ia berharap, kampus dapat menjadi titik awal penerapan esensi nilai humanitarian Islam dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita berharap agar implementasi ide ini dalam kehidupan sehari-hari bisa dimulai dari kampus," terangnya.
Pembukaan Seminar Pendahuluan Humanitarian Islam dihadiri oleh sejumlah tokoh seperti Rais Syuriah PWNU Sumut KH Bahauddin Nasution, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla, Perwakilan Plt Gubernur Sumut, para akademisi, dan mahasiswa.
Puncak Konferensi Humanitarian Islam dijadwalkan akan dibuka di Universitas Indonesia pada 5 November 2024. Rencananya, forum ini akan dihadiri Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Syekh Muhammad Al-Issa serta para akademisi yang berasal dari Asia, Amerika, dan Eropa.