Nasional

Perkembangan Seni Baca Al-Quran di Kalbar

Senin, 9 Juli 2012 | 05:14 WIB

Pontianak, NU Online
“Setahu saya, perkembangan seni baca Al-Quran di Kalimantan Barat, terkenal sejak zaman kakak beradik Fauzi Arsyad dan Sanusi Arsyad. Kedunya, menonjol sebagai pakar tajwid.” 

<>Demikian diungkapkan HM Tuwok, seorang qori asal Pontianak, Kalimantan Barat di sela-sela acara MTQ VII JQH NU, Ahad (8/7). 

“Fauzi Arsyad itu, dibesarkan di pesantren Kampung Saigon. Ia qori nomor satu di Kalbar di zamannya. Ia juga salah seorang qori yang disegani KH Abdul Aziz Muslim, seorang qori di Tegal, Jawa Tengah,” terangnya.

Ada juga ustadz Haji Ja’far Yahya, terkenal dalam bidang lagu. Ia sampai menguasai 14 lagu. Selain itu, ada ustadz H. Abdul Rasyid Mahmud, itu mengusai bidang fashohah.

“Pada dasarnya mereka menguasai seluruh seni bacaan Al-Quran, tapi sisi menonjolnya beda-beda,” ujarnya.

Mereka itu, sambung Tuwok, merupakan guru-guru Nursiah Ismail, Jamilah Arani, Hayati Sabar, Dahlia Ahamad tahun 60-an. Nursiah Ismail adalah qoriah Kalimantan Barat yang pernah menyabet gelar terbaik tingkat nasional tahun 1974 di Surabaya dan 1976 di Samarinda. Pada pembukaan MTQ VII JQH NU, Selasa malam (3/7), di stadion Sultan Syarif Abdurahman, Nursiaah didaulat membacakan ayat-ayat suci Al-Quran. 

“Suaranya masih bagus. Saya sejak kecil termotivasi hajah Nursiah Ismail. Ketika kecil, orang tua sering mendorong saya untuk seperti qoriah hajah Nursiah,” terangnya.

Sekarang, lanjut Tuwok,  pelanjutnya ada Hj. Dahlia Umar, Hj. Rahmawat, Uraisini. Dan kaderisasi terus berlanjut. Pelatihnya kadang diminta dari luar daerah, atau qori-qoriahnya yang dikirim ke tempat lain, mislnya ke IIQ di Jakarta.

HM Tuwok juga berkisah tentang perkembangan organisasi ke-Quranan di Kalimantan Barat. Menurutnya, JQH, sebuah badan otonom Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan ke-Quranan, telah berkembang di Kalbar sejak tahun 60-an. 

“Pendirinya adalah ustadz H. Yusuf Madani. Kemudian hilang. Lalu, saya ingat tahun 70-an, muncul Tahkinul Qira’at, didirikan ustad Hamzah Ahmad, seorang qori lokal Kalbar. Organisasi ini sama dengan JQH. Cuma ada di Kalimantan Barat saja,” tuturnya.     

Setelah itu, sambung Tuwok, muncul namanya IPQAH, Ikatan Persaudaraan Qori dan Qoriah Hafizh dan Hafizhah, di akhir 80, awal 90-an.  “Baru tahun 2011 akhir didirikan JQH, kebetulan saya diamanahkan jadi ketuanya. Saya diamanahkan teman-teman untuk memimpin JQH,” pungkasnya.

Penulis: Abdullah Alawi


Terkait