Nasional

Pesantren Harus Adaptif Perkembangan Zaman Kuasai Teknologi dan Ekonomi Tanpa Tinggalkan Akar Tradisi

Selasa, 21 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Pesantren Harus Adaptif Perkembangan Zaman Kuasai Teknologi dan Ekonomi Tanpa Tinggalkan Akar Tradisi

Menteri Agama Nasaruddin Umar tengah menyampaikan sambutan dalam kegiatan ajang Pesantren Award 2025 di Jakarta, Senin (20/10/2025). (Foto: NU Online/Suci)

Jakarta, NU Online

 

Dunia pesantren kini harus adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk dalam bidang teknologi, ekonomi dan sosial kemasyarakatan, tanpa meninggalkan akar tradisinya.

 

Hal ini ditegaskan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar dalam kegiatan ajang Pesantren Award 2025 di Jakarta, Senin (20/10/2025).

 

Menurutnya, pesantren memiliki kekuatan besar, karena di dalamnya tumbuh nilai-nilai kebersamaan dan kemandirian. 

 

"Kekuatan inilah yang harus terus dijaga dan dikembangkan agar pesantren mampu menjadi agen transformasi sosial di era modern," kata Nasaruddin.

 

Nasaruddin juga meminta para santri dan pesantren di seluruh Indonesia menjadi pelopor transformasi sosial di tengah masyarakat.

 

"Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan penggerak perubahan sosial," ujarnya.

 

Pesantren, kata dia, memiliki posisi strategis dalam membangun peradaban bangsa. Nilai-nilai yang diajarkan di pesantren seperti keikhlasan, kesederhanaan dan cinta tanah air merupakan fondasi penting dalam membentuk masyarakat yang berkarakter dan berkeadaban.

 

"Santri dan pesantren harus mampu menjadi motor penggerak masyarakat menuju kehidupan yang lebih maju dan berkeadilan," jelasnya.

 

Sejalan dengan semangat tersebut, hasil survei Alvara Research Center mengungkap bahwa mayoritas anak muda dengan prosentase 79 persen menginginkan kombinasi kurikulum pesantren.

 

Hasil survei memperlihatkan bahwa mayoritas responden mengharapkan ilmu komputer (60,5 persen) menjadi ilmu umum utama yang diajarkan di pesantren, diikuti dengan ilmu ekonomi dan manajemen (56,7 persen) serta ilmu pengetahuan alam (53,0 persen). 

 

"Hal ini menunjukkan bahwa anak muda menilai pentingnya keterampilan digital dan literasi ekonomi sebagai bekal untuk menghadapi tantangan zaman modern," kata Pendiri Alvara Hasanuddin Ali dalam rilisnya.