Jakarta, NU Online
Gawai atau gadget, baik itu handphone (HP), tablet, hingga laptop, merupakan barang yang sulit dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Alat ini juga tidak asing lagi untuk anak-anak. Dari anak sekolah dasar (SD) hingga taman kanak-kanak (TK) sekalipun, sudah banyak yang memiliki gadget sendiri.
Menanggapi persoalan itu, Pengasuh MDTA Qothrotul Falah, Lebak, Banten, KH Nurul Huda Ma'arif menyampaikan bahwa solusi terbaik menghindarkan anak dari kecanduan gadget adalah memondokkannya ke pesantren khusus anak-anak.
“Salah satu solusi terbaik adalah pesantren anak anak, yang nyata menjauhkan anak dari gadget. Anak diajak fokus pada raihan pendidikan,” terang Kiai Nurul dalam keterangan yang diterima NU Online, Sabtu (23/7/22).
Baca Juga
10 Muharram, Hari Anak Yatim
Memondokkan anak, menurut dia, setidaknya dapat menghindarkan anak dari perilaku kecanduan gadget. Pondok pesantren jelas memiliki lingkungan yang baik dan aman bagi anak-anak.
“Hari-harinya diisi dengan aneka kemanfaatan, baik ibadah, belajar umum maupun belajar agama. Pergaulan sosial pun diajarkan dengan baik di sana. Tak mondok, saat ini, adalah kerugian yang serius,” ujar dia.
Ia menjelaskan, di era informasi saat ini mendidik anak bukan perkara mudah karena banyak dihadapkan tantangan yang luar biasa. Memondokkan anak salah satu upaya untuk menghalau tantangan itu.
“Yang terpenting bagi orang tua bukan mereka meninggalkan apa buat anak-anaknya, tapi meninggalkan apa di hati dan pikiran mereka,” jelasnya.
Menurutnya, tantangan terberat anak-anak hari ini, salah satunya adalah gadget. “Mereka begitu betah berlama-lama bermain gadget. Bermain game atau selainnya. Tak peduli mata rusak, fisik rusak, saraf rusak, bahkan psikologi rusak,” terang
Ia menegaskan, dampak negatif tersebut, berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental anak. Dalam hal ini orang tua harus mewaspadai berbagai bahaya ini.
“Bahaya laten ini harus segera diputus oleh orang tua yang peduli masa depan anaknya,” tegas dia.
Dilansir dari Anadolu Agency (AA), banyak anak-anak Indonesia yang menderita gangguan mental akibat kecanduan gadget. AA juga melaporkan bahwa kecanduan gadget dialami oleh sekitar 25 persen pasien dari poli kedokteran anak pada salah satu rumah sakit di Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2019 silam. Pengaruh gadget ini perlu diantisipasi oleh orang tua.
Aa menyebutkan ciri-ciri anak kecanduan gadget, yaitu emosional yang tidak stabil misalnya marah ketika diminta untuk berhenti atau diambil gadget-nya, hingga menunjukkan perilaku agresif.
Fenomena gadget anak-anak juga mendapatkan respons dari Psikolog Keluarga Hj Alissa Qotrunnada Wahid. Ia mengatakan bahwa mendisiplinkan anak dari gadget penting diterapkan sejak dini.
“Aturan dari orang tua tentang penggunaan gadget dapat dikomunikasikan dari mulai usia 3 tahun, saat anak sudah mampu diajak dialog. Hal itu penting untuk mendisiplinkan mereka,” kata Alissa.
Bagaimana pun di era teknologi dan informasi ini, gadget memiliki posisi yang penting. Sehingga, menurutnya, hal yang penting dilakukan oleh orang tua adalah kontrol.
“Mengontrol anak itu sebenarnya mudah. Buat komitmen dengan mereka dan usahakan selalu mengajaknya berkomunikasi dengan baik,” terangnya.
“Intinya, mengalihkan perhatian anak dari gadget itu bisa dilakukan dengan berbagai cara,” imbuh Alissa.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin