Pola Tanam Wanatani Hasilkan Keanekaragaman dan Ketahanan Alami
Ahad, 7 November 2021 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pegiat agroteknologi muda lulusan Wageningen University and Research Belanda, Yayang Vionita mengungkapkan pentingnya konsep wanatani atau agroforestry. Wanatani atau disebut juga pertanian hutan adalah cara bercocok tanam, bagaimana petani fokus terhadap kualitas kebun dan lingkungan pertanian, seperti kadar air, kualitas tanah, dan ekosistem di linkungan pertanian tersebut.
"Agroforestry adalah kegiatan menanam tanaman pohon berdampingan dengan tanaman pertanian atau perkebunan di sebuah lahan yang diatur sedemikian rupa agar menyerupai ekosistem alami tanaman tersebut, sehingga terbentuk keanekaragaman yang tinggi dan ketahanan alami,” papar Yayang Vionita saat menjadi pembicara di Workshop Daring Aplikasi Rekayasa Teknologi Terhadap Nilai Tambah dan Produktivitas Lada Bangka Belitung, Jumat (5/11/2021).
Ia menjelaskan, sistem agroforestry merupakan restorasi produktif yang mengkombinasikan diversifikasi produksi pangan dan konservasi lahan untuk mendukung ketahanan lingkungan, pangan, dan ekonomi. Menurutmya restorasi produktif untuk perbaikan dan pemulihan tanah yang kondisinya telah berkurang dan rusak yaitu dengan mengembalikan ekosistem ke bentuk alaminya, diantaranya melalui siklus nutrisi, proteksi tanah, konservasi air, pengelolaan iklim mikro, daya tarik untuk hewan penyerbuk, dan fiksasi karbon.
Menurut Yayang dalam workhsop yang terselenggara atas kerja sama UNUSIA dan NU Online tersebut, pola agroforestry juga perlu diterapkan pada budi daya lada.
Konsep agroforetry tersebut kemudian tertuang dalam sebuah aplikasi yang dapat membantu petani mengatasi berbagai problem yaitu aplikasi Spice-Up. Problem yang pertama menurut pemaparannya adalah penggunaan air kurang optimal, salah satu servise yang ingin ditawarkan dalam aplikasi tersebut adalah peringatan rekomendasi kadar air sesuai dengan kondisi kebun.
Kedua, sedikitnya akses data real time yaitu data informasi cuaca, apalagi saat ini mengalami climmate change, sehingga cuaca tidak bisa diprediksi oleh petani, aplikasi tersebut membantu petani melihat cuaca yang akan dihadapi. Problem yang ketiga yang dihadapi oleh petani adalah keterbatasan data kepada siapa petani bisa menjual produknya, melalui aplikasi Spice-Up petani dapat melihat data pembeli dan data harga bagus yang ditawarkan.
"Dari petani, kami mengumpulkaan data, petani perlu mengisi informasi yang dibutuhkan seperti lokasi, jenis tanaman dan lainya. Kami menggunakan kecerdasan geodata, menggunakan pemodelan dengan rekomendasi yang spesifik,” jelas Yayang Vionita.
Melalui aplikasi tersebut petani terbantu dalam mengaplikasikan konsep agroforestry. Karena itu, menurutnya petani tidak hanya dapat menanam satu jenis tanaman, akan tetapi juga dapat menanam tanaman lain, yang bisa menambah nilai tambahan.
Kontributor : Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan