Siti Maulida
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dosen Teknik Industri Univeristas Nahldatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Suryandaru menjelaskan, rekayasa teknologi membawa pengaruh besar bagi kemajuan dunia industri agrobisnis, khususnya untuk mengembangkan sumber daya alam hayati yang berasal dari Bangka Belitung yaitu lada yang akrab di sebut dengan lada Babel. Menurutnya lada Babel merupakan lada putih terbaik di dunia, sehingga memiliki potensi untuk dijadikan sebuah produk melalui rekayasa teknologi, tidak hanya dijual mentahan saja.
"Wilayah Bangka Belitung memiliki jenis tanah yang sangat cocok ditanami lada. Hal ini membuat lada di daerahnya berkualitas bagus, sehingga perlu memikirkan pengembangan produk lada, apalagi lada memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, yaitu obat untuk pereda radang, penghilang depresi, obat obesitas, serta obat alzaimer," ungkap praktisi teknologi industri saat mengisi Workshop Daring Aplikasi Rekayasa Teknologi Terhadap Nilai Tambah dan Produktivitas Lada Bangka Belitung, Jumat (5/11/2021).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Indonesia merupakan produsen rempah-rempah dunia. Mengutip data yang dikeluarkan oleh Food and Agriculture Organization (FOA), untuk produsen lada, Indonesia menempati peringkat dua di dunia. Karena itu, Indonesia perlu belajar dari negara Korea yang memiliki perusahaan besar khusus pengolah rempah-rempah termasuk lada yaitu Amorepacifik. Perusahaan tersebut menggunakan pendekatan teknologi untuk mengolah lada menjadi kosmetik dan obat-obatan yang memiliki brand tinggi.
Suryandaru mengungkapkan, sebenarnya Indonesia sudah memiliki peruahaan berbasis herbal, salah satunya PT Nanotech Indonesia Global di Banten. Perusahaan tersebut sudah melakukan aplikasi rekaya teknologi seperti pembuatan beauty serum from honey and propolis, hygine product, mesin pemekat madu, dan produk Kings Paper yang merupakan suplemen pencernaan dan kesehatan berbahan dasar lada dari Bangka Belitung, yang sudah mendapat izin dari BPOM dan mendapatkan dukungan dari Gubernur Bangka Belitung. Hanya saja perlu memikirkan inovasi-inovasi baru, agar produk-produk tersebut menjadi big bussines, seperti yang negara Korea lakukan.
"Setiap zaman, kita perlu menyesuaikan rekayasa teknologi, saat ini negara maju sudah menduduki rekayasa teknologi 5.0 realizing society, bagaimana hadirnya rekayasa teknologi dapat membangun cara baru untuk mengolah yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru, rekayasa teknologi mampu mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata. Ke depan semoga Indonesia memiliki pusat rekayasa teknologi untuk lada, untuk mengembangkan produk kearifan lokal," imbuh Co-Founder and CEO PT Nanotech Indonesia Global pada workshop yang diadakan berkat kerja sama UNUSIA dan NU Online tersebut.
Kontributor: Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua