PP IPPNU Gelar Konbes 2024, Siapkan Pelajar Menuju Indonesia Emas 2045
Sabtu, 26 Oktober 2024 | 14:00 WIB
Ketua Umum PP IPPNU, Whasfi Velasufah saat memberikan sambutan pada Konbes IPPNU 2024, Jumat (25/10/2024) di Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kementerian Sosial RI Jakarta Selatan. (Foto: dok. PP IPPNU)
Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) yang diikuti oleh perwakilan dari seluruh Pimpinan Wilayah (PW) IPPNU di Indonesia.
Acara ini berlangsung pada 25-27 Oktober 2024, bertempat di Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kementerian Sosial RI Jakarta Selatan.
Menurut Ketua Umum IPPNU, Whasfi Velasufah, Konbes kali ini merupakan ajang silaturahmi dengan senior dan rekanita dari seluruh Indonesia.
Konbes merupakan forum permusyawaratan tertinggi kedua setelah Kongres. Konbes menjadi forum untuk merumuskan dan menetapkan Peraturan Organisasi, Administrasi, dan Kaderisasi (PPOAK). Konbes menjadi forum untuk meneguhkan kembali posisi, citra diri, dan strategi IPPNU dalam mengembangkan visi misi organisasi.
Mengusung tema IPPNU in Action Towards Golden Indonesia 2045: Kolaborasi Santri untuk Indonesia Inklusi, Wahsfi menjelaskan bahwa Konbes IPPNU 2024 membahas langkah strategis kolaborasi IPPNU dengan sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas untuk menumbuhkan nilai budi pekerti yang tentunya harus sesuai dengan landasan nilai keagamaan dan ke-Indonesia-an.
“Peserta yang mengikuti Konbes ini diharapkan dapat membawa pulang pemahaman, inspirasi, dan keputusan forum yang nanti digunakan sebagai pijakan dalam memicu kolaborasi dan sinergi antara anggota, menegaskan komitmen untuk mengembangkan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan IPPNU sampai di tingkat akar rumput,” ujar Whasfi lewat keterangannya tertulisnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Konbes IPPNU 2024, Rosaliya mengatakan, tema berkaitan dengan Indonesia Emas bukan sekadar tema yang asal dibuat, melainkan rumusan dari visi IPPNU.
“IPPNU harus hadir dan berkolaborasi secara lebih luas termasuk dengan para santri, dengan para pelajar di sekolah umum, serta bersama para remaja khususnya remaja putri di Indonesia dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045,” ucap Rosaliya.
IPPNU, lanjutnya, sebagai salah satu sayap organisasi Nahdlatul Ulama yang berfokus pada kaderisasi pelajar putri, terus berkomitmen untuk membina dan mengembangkan potensi generasi muda, khususnya perempuan muda di bidang pendidikan, kepemimpinan, serta mempersiapkan kader-kader yang kompeten sebagai penerus perjuangan bangsa.
Bonus Demografi
Sejumlah tokoh hadir dalam Konbes IPPNU 2024, Ida Fauziyah (Menteri Ketenagakerjaan pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024), Safira Machrusah (Ketua Presidium Majelis Alumni IPPNU, Ketua Umum PP IPPNU periode 1996-2000), Nurul Hidayatul Ummah (Ketua Umum PP IPPNU periode 2018-2021), dan Muhammad Agil Nuruz Zaman (Ketua Umum PP IPNU periode 2022-2025).
Ida Fauziyah dalam sambutannya menyinggung soal ekonomi dan bonus demografi yang dialami oleh Indonesia. Komposisi penduduk Indonesia diproyeksikan akan mengalami bonus demografi dari tahun 2012 hingga 2035. Periode puncak bonus demografi diperkirakan terjadi antara tahun 2020-2035.
Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif dua kali lipat jumlah penduduk usia anak dan lanjut usia. Jumlah penduduk usia produktif yang besar dapat menjadi sumber tenaga kerja, pelaku usaha, dan konsumen potensial.
“Penduduk Indonesia itu lebih dari 58% tingkat pendidikannya hanya sampai SMP ke bawah, yang bisa menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi hanya 11-13%. Ini adalah masalah serius yang harus ditangani. Segala daya dan upaya harus dikerahkan untuk wajib belajar 12 tahun. Pembangunan sumber daya manusia dan program wajib belajar harus didukung,” tutur Ida Fauziyah dalam sambutannya.
Dia menyebut bahwa saat ini negara-negara di dunia sedang menjaga negaranya masing-masing. Masa depan negara tergantung dari warganya sendiri. Meskipun Indonesia sudah masuk ke dalam G20, Indonesia masih memiliki PR untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi sampai minimal 8% untuk bisa keluar dari middle income trap dan disebut sebagai negara maju.
“Negara pun sebenarnya bergantung pada civil society. IPPNU harus menjadi lokomotif bagi kemajuan Indonesia, yang tidak bisa mengandalkan negara lain. IPPNU punya tanggung jawab yang besar, utamanya dalam masalah penggemblengan anak muda. Saya optimis IPPNU bisa,” tandas Ida Fauziyah.