Prof Quraish: Perayaan Maulid Nabi Mengakar Erat dengan Budaya Indonesia
Selasa, 19 Oktober 2021 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online
Profesor Muhammad Quraish Shihab menyebut bahwa Maulid Nabi telah menjadi salah satu perayaan umat Islam yang telah mengakar dengan budaya Indonesia. Meskipun, menurut dia, para ulama sendiri tak sedikit yang silang pendapat terkait hukum merayakannya.
Prof Quraish sendiri berpendapat bahwa memperingati Maulid Nabi bukanlah ibadah murni. Namun tetap mendapat pahala lantaran telah mensyiarkan Nabi Muhammad saw kepada banyak orang.
Karena menurutnya, sebelum mencintai sesuatu, seseorang harus terlebih dulu mengenal dan memahaminya. "Itulah mengapa, dengan merayakan Maulid Nabi, orang lain menjadi kenal dengan Nabi Muhammad saw,” tutur Cendekiawan Muslim Indonesia itu.
Ia mengatakan, peringatannya dilakukan tiada lain merupakan satu langkah menuju cinta.
“Jangankan membicarakan tentang kehebatan Nabi, atau tentang ajaran Nabi. Maaf-maaf, hubungan mesra antara suami istri itu dapat pahala. Apalagi ini (Maulid Nabi),” ujar penulis buku Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat itu.
Lebih lanjut ia menerangkan dengan pasti bahwa Nabi Muhammad saw sendiri acap merayakan hari kelahirannya. Yakni dengan melakukan ibadah puasa. Maka, secara tak langsung, Prof Quraish berpendapat, merayakan hari kelahiran sebenarnya tak masalah, asalkan melalui cara-cara baik.
"Dalam Shahih Muslim ditanya Nabi, kenapa Nabi berpuasa pada hari Senin?. Beliau menjawab, Itulah di mana hari aku lahir',” terang Pendiri Pusat Studi Qur’an (PSQ) itu dalam tayangan Youtube miliknya, Selasa (19/10/2021).
lebih lanjut ia menjelaskan bahwa perayaan Maulid Nabi sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun baru dibuat meriah pada zaman Dinasti Abbasiyah. Khususnya, di masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.
"Dia (Al-Hakim Billah) merayakan Maulid Nabi dengan keluar bersama permaisurinya dengan mengenakan pakaian yang indah,” jelas Mufasir kebanggan Indonesia ini.
Di Indonesia sendiri, lanjut dia, Maulid Nabi biasanya diperingati dengan berbagai bentuk perayaan. "Menariknya, setiap daerah atau budaya, punya cara tersendiri untuk mengenang kelahiran Nabi Muhammad saw,” ungkapnya.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin