Prof Quraish Shihab Ungkap Pentingnya Healing untuk Keseimbangan Hidup
Selasa, 11 Oktober 2022 | 13:30 WIB
Jakarta, NU Online
Kata healing (menyenangkan diri) yang populer di kalangan muda sangat identik dengan pemenuhan merawat diri, istilah ini juga seringkali dikaitkan dengan isu kesehatan mental.
Profesor Muhammad Quraish Shihab mengungkapkan, sejatinya seruan untuk healing pernah disampaikan oleh Nabi Ibrahim AS yang mengatakan seseorang selama akalnya belum dikalahkan nafsunya maka mereka mempunyai saat-saat tertentu dalam umurnya.
“Saat yang dimaksud itu, ada saat manusia berdialog dengan Tuhannya, seperti membaca Al Qur’an. Ada saat dia berfikir tentang alam raya, itu ketika menuntut ilmu. Ada saat dia melakukan instrospeksi. Ada saat dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan keluarganya. Juga ada saat manusia itu butuh berekreasi, menyenangkan diri,” jelas Prof Quraish, dikutip NU Online, Selasa (11/10/2022).
Dalam tayangan bertajuk ‘Menjadi Manusia Seutuhnya dengan Self Love’ bersama Najwa Shihab itu, ia mengatakan, ajakan menyenangkan diri memang dianjurkan untuk keseimbangkan hidup yang mencakup tiga elemen dalam diri manusia, yaitu akal, perasaan, dan jasmani.
“Ketiganya harus menyatu, kalau hanya memperhatikan akal saja mengabaikan perasaan maka akan kacau. Mengakui perasaan saja menafikan akal hasilnya juga akan berantakan, begitu pun merawat jasmani tanpa akal dan pikiran,” ujar mufasir lulusan Al Azhar, Kairo itu.
Diceritakan pada zaman Nabi saw, ada satu orang yang menghabiskan waktunya hanya untuk ibadah. Nabi saw menegur perilaku seseorang itu dan menegaskan bahwa bukan saja kepada Tuhannya, manusia juga mempunyai tanggung jawab kepada diri dan keluarganya.
“Tuhanmu punya hak yang engkau harus tunaikan, badanmu juga punya hak untuk kamu perhatikan, dan keluargamu pun demikian. Begitu kata Nabi saw,” beber penulis Tafsir Al Misbah itu.
“Tanggung jawab ini harus seimbang sehingga tidak ada yang teraniaya dan terabaikan,” sambung dia.
Keterikatan antara ketiga elemen itu, tambah dia, perlu diperkuat satu sama lain agar tidak menimbulkan cidera. Sebab,hidup harus berjalan seimbang, apabila tidak manusia akan pincang.
“Kalau kita hanya memperhatikan sisi rohani saja, maka itu malaikat. Kalau kita perhatikan jasmani saja, maka kita sama dengan binatang. Kalau kita terpaku pada akal, akal itu tidak menjamin semua yang dipikirkan benar. Karena ada kebenaran yang tidak terjangkau oleh akal,” imbuh Prof Quraish.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi