Mimika, NU Online
KH Hasyim Muzadi dikenal sebagai ulama NU yang langka. Seorang ulama yang organisatoris dan organisatoris yang ulama. Kedua kelebihan ini diperolehnya lewat usaha yang panjang dan berliku. Kiai Hasyim (sapaan akrab almaghfurlah) juga dikenal sebagai ulama yang mempromosikan Islam rahmatan lil alamin dalam berbagai kesempatan.
Tidak terasa beliau sudah 1000 hari beliau wafat meninggalkan warga NU di seluruh dunia, bahkan umat non Muslim juga merasa kehilangan atas wafatnya. Untuk mengenang jejak perjuangannya, maka pihak keluarga mengadakan acara peringatan seribu hari.
Peringatan seribu hari wafatnya Kiai hasyim diperingati setidaknya di tiga titik, yakni di Pesantren Al-Hikam Depok, Pesantren Al-Hikam Malang, dan Mimika, Papua.
Khusus di Mimika, Papua, peringatan dilakukan di dua lokasi, yaitu Pondok Pesantren Ulumul Qur'an Hasyim Muzadi SP3 dan Pondok Pesantren Darussalam Mimika Km14.
Peringatan seribu hari wafatnya KH Hasyim Muzadi dilaksanakan pada Ahad (15/12) dimulai pukul 8 pagi di Pesantren Ulumul Qur'an Hasyim Muzadi dengan tampilan shalawat para santri. Acara dilanjutkan pembacaan Yasin dan tahlil bersama Ustadz Fajar, alumni Al-Hikam Depok.
Sedangkan mengenang sosok KH Hasyim Muzadi dibawakan oleh santri angkatan ke 3, Gus Mursyid.
"KH Hasyim Muzadi ini bukan hanya pemimpin kelas daerah, tetapi kelas dunia. Beliau memulai dari pengurus anak ranting NU di level dusun hingga menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama selama dua periode,” katanya.
Kiai hasyim juga Sekjen ICIS atau Iinternasional Conference of Islamic Scholars dan Presiden WCRP yaitu World Conference of Religion and Peace.
“Jelas, beliau pemimpin dan organisatoris kelas dunia," tegas Pengasuh Pesantren Ulumul Qur'an Hasyim Muzadi ini.
Dia kemudian menceritakan kisah menarik tentang keteguhan Kiai Hasyim untuk mengajar santri.
"Saat itu beliau sakit di Malang ,namun ingin ke Depok untuk mengajar Kitab Al- Hikam sebagai pembekalan santri Sekolah Tinggi Kuliyyatul Qur'an Depok angkatan 3 yang sebentar lagi akan disebar ke seluruh penjuru Nusantara melaksanakan pengabdian masyarakat selama satu tahun," kenangnya.
Pihak keluarga melarang keinginan tersebut karena kondisi kesehatan. Namun Kiai Hasyim tetap bersikeras ke Depok untuk mengajar.
"Lebih baik saya meninggal dalam kondisi mengajar Al-Hikam daripada saya ke rumah sakit berobat, toh belum tentu sembuh,” katanya menirukan perkataan Kiai Hasyim.
Akhirnya pihak keluarga meminta santri untuk membujuk Kiai Hasyim ke Malang untuk berobat. Awalnya tawaran ini ditolak, namun setelah para santri membujuk akhirnya Kiai Hasyim bersedia dengan niat mengajar Kitab Al-Hikam. Dan santri angkatan 3 Depok juga harus ikut ke Malang karena niatnya untuk mengajar, bukan untuk berobat, lanjut ustadz yang di kalangan Jamaah Istighotsah Mimika dikenal dengan sebutan Gus Baha'nya Timika.
Satu hal yang membuat para santri kala itu terpaku adalah Kiai Hasyim tidak mau langsung ke rumah sakit, tetapi menunggu para santri yang naik kereta selama dua hari.
Kala itu Kiai Hasyim berkata. "Anak-anakku, apakah kalian mengizinkan saya untuk berobat ke rumah sakit?," ungkapnya.
Sikap tersebut tentu saja mengejutkan. Umumnya murid izin kepada gurunya, kok ini guru malah meminta izin kepada muridnya.
“Benar-benar contoh yang sangat luhur," kenang Gus Mursyid.
Menurutnya, KH Hasyim Muzadi juga memberikan wejangan luar biasa. Salah satu yang terus dikenang adalah kalimatnya sebagai berikut:
"Kebersihan akan melahirkan kebesaran. Namun Kebesaran yang tidak bertanggung jawab akan memukul dirinya sendiri. Makanan, harta, pekerjaan, jabatan dan hati yang bersih akan membuahkan keberkahan menuju kesuksesan. Sebaliknya, makanan, harta, pekerjaan, jabatan yang diperoleh dengan cara yang kotor akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri, " jelas Gus Mursyid.
Acara ditutup dengan doa oleh KH Ali Makruf, sesepuh NU Mimika dan Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Mimika.
Dirinya juga pernah menemui KH Hasyim Muzadi di Depok untuk minta guru bantu di Lembaga Pendidikan Ma'arif NU SP3. Guru bantu yang dikirim adalah Ustadz Mursyid yang menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Ulumul Qur'an Hasyim Muzadi.
Pada malam hari peringatan seribu hari wafatnya KH Hasyim Muzadi berbarengan dengan dibukanya ‘Pesantren Holiday’ di Pesantren Darussalam Mimika Km14. Kegiatan berlangsung sejak 15 Desember 2019 nhingga 7 Januari 2020.
Peringatan seribu hari diisi dengan tahlilan dipimpin Ustadz Hasyim dan doa sekaligus mengenang KH Hasyim Muzadi disampaikan Ustadz Mursyid selaku alumni Sekolah Tinggi Kuliyyatul Qur'an Al Hikam Depok.
"Kita belajar dari KH Hasyim Muzadi dalam mendidik santrinya untuk menjadi solusi bagi umat Muhammad SAW,” kata Ustadz Mursyid.
Menurutnya, saat ini kondisinya malah terbolak balik. Sesuatu yang belum tentu benar diyakini kebenarannya, tetapi sesuatu yang sudah pasti benar diragukan kebenarannya.
“Teori bumi datar atau bulat itu belum tentu benar, tapi kita telan mentah. Tapi pada qadar Allah yang pasti benar ini diragukan,” pungkas alumniZaitunah University Tunisia program santri berprestasi Kemenag RI ini.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR