Jakarta, NU Online

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar memberikan ijazah, semacam pewarisan berkah spiritual kepada para Instruktur Nasional Pendidikan Menengah Kader Nahdlatul Ulama (PMKNU) yang dibaiat di Gedung PBNU, Senin (17/10/2022).

Ijazah ini diberikan atas permintaan Ketua Umum PBNU  KH Yahya Cholil Staquf, sebagai bentuk ikhtiar batin agar senantiasa diberikan kekuatan dalam menjalankan tugas mengayomi masyarakat.

Kiai Miftach memberikan ijazah amalan khusus yang bisa juga dilakukan umat Islam dalam menghadapi kesulitan tantangan zaman. Ijazah ini juga menurutnya dapat meningkatkan kewibawaan bagi para pembaca yang melanggengkannya.

“Wiridkan (bacakan) ayat 128-129 dari surat At Taubah, amalkan setiap ba’da shalat tujuh kali. Tapi jika yang dihadapi masalah-masalah yang genting maka baca sebanyak mungkin sekuat kalian,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu .

Selain itu, Kiai Miftach juga memberikan ijazah amalan lainnya yaitu dengan membaca lafadz "Ya Badii’u" sebanyak 86 kali setiap ba’da shalat. Ia mengingatkan untuk membaca lafadz ini dengan huruf ‘ain-nya dibaca dhammah karena rahasia pada kalimat "Ya Badii’u" ada pada dhammah-nya huruf ‘ain.

“Faedahnya adalah di saat kita meghadapi permasalahan atau kesulitan maka seperti ada yang menuntun dan memberi petunjuk. Itu sangat terasa oleh saya pribadi,” ungkap kiai kelahiran 30 Juni 1953 itu.

Bukan hanya itu, Putra dari KH Abdul Ghoni, seorang pengasuh Pesantren Tahsinul Akhlaq Rangkah itu juga mengijazahkan amalan harian, di antaranya Hizib Bahar dan Hizib Nashar.

“Kalau memungkinkan baca juga Hizbul Bahar dan Nizbun Nashar sebagai awrad yaumiyah (wirid harian). Niatkan ikhlas karena Allah swt, karena dengan begitu insyaallah para malaikat akan membantu kita dan melancarkan segala hajat kita,” katanya.

"Kedua amalan itu saya amalkan sejak dulu alhamdulillah faedahnya sangat terasa. Sekarang, saya ijazahkan pada sampean (Anda) sekalian," imbuh Kiai Miftach.

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin