Ratusan Warganet Respons Film Doa Suto: Merinding Ya Allah
Sabtu, 13 Februari 2021 | 15:30 WIB
Jakarta, NU Online
Film pendek berdurasi 14 menit lebih 10 detik berjudul "Doa Suto" mendapat respons positif dari ratusan netizen (warganet).
Sejak dipublikasikan pada Jumat (12/2) pukul 19.00 WIB di akun Youtube NU Online, film yang diadaptasi dari esai berjudul Doa Kang Suto karya Mohamad Sobari itu langsung mendapat respons deras para pemirsa di Youtube.
Akun Fauji Agusta, misalnya, menuliskan komentar disertai harapan agar kembali membikin film serupa.
“Barakallah, yang kami nantikan dari tadi sudah bisa kami tonton. Kami tunggu film pendek lainnya untuk menebar kebaikan dalam kebermanfaatan dengan mengangkat konflik-konflik yang sering muncul dalam masyarakat sekitar kita. Semangat …” tulisnya.
Sementara akun Mas Mus, berkomentar singkat: “Merinding ya Allah”
Akun lain, Iena comei, berkomentar cukup panjang.
“Subhanallah ini dia yang dinanti-nanti. karyanya luar biasa mantul bro.. Mashaallah.. Indeed.. semoga termotivasi untuk bikin film-film pendek gini yah... Bermutu berfaedah banget.. Terharumengharu biru.. Sukses terus ya bro.. N sis.. Jangan cape menginspirasi dan berkarya.. terima kasih udah menyajikan tontonan yang luar biasa.. Ga sabar menunggu film-film berikutnya” tulisnya di kolom komentar.
Tak hanya itu, komentar positif juga datang dari Pengurus Pusat Lesbumi PBNU, Sastro Adi. Kali ini ia mengomentari sang sutradara.
“Anton Magaski memang pendiam, tapi Filmnya BICARA, bisa jadi dikau tidak melantunkan ayat dalam rupa Alif tp dikau menyampaikannya dengan makna Ulfa dan Latief, begitupun kita semua, jgn pernah menyoal khidmat dan istiqomah dengan saudara2 di NU Online, mereka tidak sekedar mengkaji atau mengaji, NU Online itu NGELAMPAHI, semoga karya ini menjadi inspirasi bersama, sangat sangat Apresiatif !!!!!!!!!!!!!!!!!!!” tulisnya.
Kolaborasi NU Online
Film Doa Suto merupakan hasil kolaborasi antara NU Online dengan Koperasi Film Halte Moencrat dan didukung oleh Alif.Id dan Biro Humas, Data dan Informasi Kemenag RI. Dengan cerita yang sederhana, menggambarkan realitas keberagaman orang Jawa, orang tua yang di masa senjanya ingin kembali kepada Allah.
Film ini memiliki pesan yang kuat. Ceritanya menyentuh, ditambah plot twist yang mengejutkan, menambah kekuatan dan kejutan pada penonton.
Alur cerita film Doa Suto ini berangkat dari Suto (Moer Hananto), seorang ayah yang bekerja di pinggiran Kota Jakarta sebagai seorang penjahit keliling. Hari itu ia ulang tahun dan ditelpon Siti (Erma Zarina), anaknya yang ada di kampung, untuk pulang: hidup bersamanya berserta suaminya. Namun Suto menolak dengan halus, karena masih ada beban yang ada di pikirannya.
Beban di pikiran itu ia utarakan kepada Wito (Nugie), saudaranya yang membuka warung angkringan dan menjadi langganan ngopinya. Suto pun curhat kepada Wito soal bacaannya dalam shalat yang belum fasih.
Ia teringat bagaimana di usianya yang tak lagi muda, belajar kepada sang ustaz (Jabrik bin Nurdin), namun tetap saja masih mengalami kesulitan. Sang ustaz begitu keras, bahwa bacaan al-Fatihah itu rukun, yang menentukan sah dan tidaknya shalat. Lebih jauh lagi:diterima dan tidaknya shalat seorang muslim.
Wito yang membaca Fatihah masih terbata dan menggunakan dialek daerah pun galau: apakah shalatnya diterima? Itulah kecamuk pikiran yang terus menghantuinya.
Lalu, bagaimanakah cara sang ustaz mengajar bacaan tajwid kepada Suto? Apa pula solusi yang ditawarkan Wito kepada teman curhatnya? Temukan ending dan pesannya dengan menyaksikan film “Doa Suto” hanya di akun Youtube NU Online.
Pewarta: Ahmad Naufa Khoirul Faizun
Editor: Fathoni Ahmad