Cirebon, NU Online
Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengutarakan bahwa wasiat Sunan Gunung Jati 'Ingsun titip tajug lan fakis miskin' (Saya titipkan masjid dan fakir miskin) adalah ruh dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Kampus IAIN Syekh Nurjati sendiri cikal bakalnya adalah dari tajug dan pesantren.
"Cikal bakal Perguruan Tinggi Islam adalah dari tajug dan orang-orang yang memakmurkan tajug itu," ujarnya saat memberikan sambutan pada pembukaan Halaqah Kemasjidan Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin, di Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (23/11) siang.
Rektor meneruskan, jika dimaknai lebih luas lagi, tajug, surau, langgar atau masjid, bukan hanya sekedar tempat shalat, melainkan juga sebagai lembaga pendidikan dan tempat pengkaderan pembawa risalah kenabian.
H Sumanta juga menegaskan bahwa tugas umat Islam saat ini sebagai pengemban wasiat Sunan Gunung Jati adalah bagaimana mengembangkan tajug menjadi lembaga pendidikan Islam yang hebat, yang mampu melahirkan kader-kader intelektual. Juga yang mempunyai spiritualitas dan kepedulian sosial yang tinggi; mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ketajugan dalam diri kita sendiri.
"Fakir miskin harus mendapatkan kesejahteraan pangan dan pendidikan," ungkapnya dalam kegiatan yang digelar berkat kerja sama LTM PBNU dan Keraton Kasepuhan Cirebon dan menjadi rangkaian Festival Tajug 2019.
Oleh sebab itu, lanjut Rektor, IAIN Syekh Nurjati berkeinginan, bahkan menyambuti wasiat Sunan Gunung Jati tersebut dengan program-program yang diadakan, salah satunya adalah dengan beasiswa pendidikan Bidikmisi untuk mahasiswa kurang mampu.
"(Juga) UKT per semester yang rendah, dan program-program keumatan lainnya," tegasnya.
Halaqah Kemasjidan menghadirkan Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani, dan Pengasuh Pondok Pesantren Candangpinggan KH Buya Syakur Yasin sebagai narasumber.
Kontributor: Adrian Fauzi Rahman
Editor: Kendi Setiawan