Nasional

Respons Perilaku Elham Yahya, Putri Gus Mus Tegaskan Santriwati Harus Berani Speak-Up terhadap Pelecehan

Kamis, 13 November 2025 | 17:01 WIB

Respons Perilaku Elham Yahya, Putri Gus Mus Tegaskan Santriwati Harus Berani Speak-Up terhadap Pelecehan

Rabiatul Bisyriyah (kiri). (Foto: Facebook Rabiatul Bisyriyah)

Jakarta, NU Online

Terkait perilaku Elham Yahya Luqman yang kerap memeluk dan menciumi anak perempuan di pengajian, Ning Rabiatul Bisyriyah, putri keempat KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan, tindakan yang dilakukan Elham telah mencederai martabat kemanusiaan, merusak nilai-nilai luhur pesantren, sekaligus semakin memperburuk citra pesantren.


Menurut dia, kepercayaan masyarakat terhadap institusi pesantren menjadi berkurang, bahkan mereka berpotensi menjadi antipati terhadap pondok pesantren. Dia juga mengingatkan santri putri untuk berkata tidak terhadap aksi-aksi pelecehan.


"Secara pribadi sebagai salah satu pembina pondok, yang bisa saya lakukan ya terus menerus mengingatkan santri putri untuk berani mengatakan tidak pada tindakan orang lain yang membuat mereka tidak nyaman dan tidak aman, sekalipun yang melakukan adalah gurunya," tegas Rabiatul kepada NU Online saat dihubungi, Kamis (13/11/2025).


Dia juga menanggapi permintaan maaf Elham Yahya telah melakukan klarifikasi melalui video yang diunggah di media sosial instagram.

 

"Tapi kalau menurut saya belum cukup hanya sekadar minta maaf habis itu selesai. Karena belum bisa memberikan efek jera kepada pelaku," ujar Rabiatul. 


Pelaku, kata dia, idealnya diberikan sanksi sosial supaya menjadi peringatan keras dan hal itu dapat dijadikan sebagai bahan instrospeksi diri bagi pelaku pelecehan seksual tanpa terkecuali.


Pelecehan Tidak Boleh Dinormalisasi

Sebelumnya, Nadirsyah Hosen, ulama sekaligus akademisi hukum Universitas Meulborne menyampaikan, perilaku seorang gus yang videonya viral saat sedang mencium anak-anak kecil adalah bentuk tindakan "sucking". Namun ironisnya, banyak yang menertawakannya menyebutnya sebagai bentuk gemas atau barokah.


"Perilaku semacam itu tidak boleh dinormalisasi. Itu justru menjadi contoh penting dalam pendidikan tentang perlindungan anak dari pelecehan dan pedofilia terselubung untuk para orang tua dan pendidik." tulis Gus Nadir di instagramnya, Selasa (11/11/2025) 


Dia juga berpesan kepada orang tua supaya terus menjaga dan menjadikan peristiwa ini sebagai pengingat.


"Tugas kita bukan hanya melindungi tapi juga mendidik anak agar berani berkata tidak ketika merasa tidak nyaman bahkan kepada figur yang dihormati menjaga kehormatan anak adalah tanggung jawab setiap orang tua yang kelak pasti akan diperhitungkan di akhirat," tulisnya.


Menurutnya, batas tubuh anak adalah suci dan harus dihormati. "Tidak ada alasan religius sosial atau budaya yang membenarkan orang dewasa mencium memeluk atau menyentuh anak tanpa kepantasan apalagi dengan intensitas yang mengganggu," imbuhnya.


Dalam kajian psikologi, kata dia, perilaku semacam itu bisa dikategorikan sebagai grooming behavior yakni upaya membangun kedekatan dengan anak untuk menormalisasi kontak fisik yang tidak pantas. Hal itu, lanjutnya, berbahaya baik bagi anak maupun bagi masyarakat yang menonton dan menirunya.


"Rasulullah dikenal penuh kasih terhadap anak-anak, namun beliau tidak pernah melampaui batas kesopanan kasih sayang beliau diwujudkan lewat doa perhatian dan sentuhan hati anak-anak bukan objek kegemasan," pungkasnya.