Nasional

Tanggapi Kontroversi Elham Yahya, LD PBNU Tekankan Pentingnya Standardisasi Kompetensi Dai

NU Online  ·  Kamis, 13 November 2025 | 14:30 WIB

Tanggapi Kontroversi Elham Yahya, LD PBNU Tekankan Pentingnya Standardisasi Kompetensi Dai

Sekretaris LD PBNU KH Nurul Badruttamam merespons pendakwah kontroversia Elham Yahya. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Nurul Badruttamam menanggapi maraknya perbincangan publik terkait tindakan seorang pendakwah asal Kediri, Jawa Timur, Elham Yahya, yang kontroversial.


Kiai Nurul menekankan pentingnya pembinaan dan standardisasi kompetensi dai. Ia menilai perilaku Elham Yahya menjadi pengingat pentingnya peningkatan kualitas pendakwah dalam berbagai aspek, termasuk etika dan sensitivitas sosial.


“Perlu kami sampaikan bahwa Lembaga Dakwah PBNU sejak lama mendorong peningkatan kualitas pendakwah, baik dalam aspek keilmuan, etika, maupun kemampuan komunikasi. Dakwah adalah amanah besar, karena menyangkut pembentukan akhlak dan cara berpikir masyarakat,” ujar Kiai Nurul kepada NU Online, Kamis (13/11/2025).


Ia menegaskan bahwa setiap upaya memperkuat kapasitas para pendakwah pada prinsipnya merupakan langkah positif. Karena itu, LD PBNU sejak lama menginisiasi berbagai program pembinaan, pelatihan, dan peningkatan kompetensi mubaligh agar dakwah dapat berlangsung secara beradab dan berdaya guna.


Alumnus Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menyebut, wacana sertifikasi pendakwah bukan hal baru bagi PBNU. Melalui LD PBNU, pihaknya telah melaksanakan sejumlah program yang menitikberatkan pada penguatan kapasitas dan tanggung jawab moral para dai.


“Lembaga Dakwah PBNU telah memiliki program standardisasi kompetensi imam dan khatib Jumat yang kini sudah berjalan hingga Angkatan ke-16, serta program standardisasi kompetensi dai dan daiyah NU,” kata Kiai Nurul.


“Keduanya mencakup penguatan keilmuan, kemampuan komunikasi publik, etika dakwah, psikologi dakwah, sensitivitas sosial, hingga perlindungan terhadap kelompok rentan,” terangnya.


Ia menilai, upaya seperti itu lebih efektif dibandingkan penerapan sertifikasi formal.


“Yang dibutuhkan masyarakat bukan sertifikasi, tetapi standardisasi dan pembinaan yang berkelanjutan,” katanya.


Kiai Nurul menilai bahwa jika pemerintah nantinya ingin menerapkan sertifikasi pendakwah, mekanismenya harus bersifat inklusif, dialogis, dan tidak membatasi ruang dakwah.


“Sertifikasi tidak boleh dipahami sebagai bentuk kontrol terhadap isi materi dakwah, melainkan fasilitasi peningkatan kualitas bagi pendakwah yang menginginkannya,” ujar pria kelahiran Cilacap 1978 ini.


Menurut Kiai Nurul, kasus-kasus pendakwah kontroversial sebagaimana yang dilakukan Elham Yahya, menunjukkan perlunya pendalaman pemahaman terkait adab, psikologi jamaah, serta perlindungan terhadap kelompok rentan.


“Pembinaan dan pelatihan menjadi lebih mendesak agar para pendakwah memiliki kesadaran penuh atas tanggung jawab moralnya di tengah masyarakat,” tuturnya.


Di sisi lain, Kiai Nurul mengingatkan publik agar tidak tergesa-gesa menggeneralisasi perilaku buruk satu pendakwah kepada seluruh kalangan.


“Banyak pendakwah yang telah bekerja dengan sangat baik, penuh hikmah, dan menyejukkan masyarakat. Mereka layak diapresiasi,” kata Kiai Nurul.


Kiai Nurul menegaskan bahwa LD PBNU siap untuk berdialog dan berkolaborasi dengan pemerintah jika negara ingin menghadirkan program peningkatan kompetensi dai.


“Yang penting, pendekatannya tepat, tidak menimbulkan kegelisahan, dan tetap menghormati tradisi keulamaan Indonesia yang kaya dan beragam,” tutur pria yang pernah berdakwah di Hong Kong, Australia, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan ini.


Sementara itu, terkait kasus Elham Yahya, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa Kementerian Agama tidak menoleransi segala bentuk kekerasan dan pelecehan, baik fisik, verbal, maupun seksual.


"Kami tidak menoleransi sedikit pun tindakan yang mencederai martabat kemanusiaan. Saya tidak hanya sebagai Menteri Agama, tapi sebagai seorang manusia juga menyatakan semua yang bertentangan dengan moralitas itu harus menjadi musuh bersama," tegas Nasaruddin Umar kepada wartawan, Rabu (12/11/2025).


Ia menekankan bahwa lembaga pendidikan harus menjadi ruang aman dan bermartabat bagi seluruh peserta didik.


"Lembaga pendidikan agama harus menjadi tempat paling aman bagi anak-anak kita untuk belajar, harus menjadi contoh masyarakat yang ideal," ujar Nasaruddin.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang