RMI PBNU Sebut Kekerasan Seksual di Pesantren Jauhi Keluhuran Nilai Agama
Jumat, 9 September 2022 | 15:15 WIB
Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), KH Hodri Ariev.
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), KH Hodri Ariev mengungkapkan misalnya ada tindak kekerasan atau pelecehan seksual yang terjadi di pesantren harus disadari sebagai perilaku yang menjauh dari keluhuran nilai-nilai agama Islam.
Dalam wawancara dengan NU Online, Rabu (7/9/2022), Kiai Hodri mengatakan dengan ungkapan seperti itu artinya pelaku tindak kekerasan seksual mesti sadar ketika menjauh dari keluhuran agama Islam sebetulnya mereka sedang menjauh dari Allah swt.
“Nah, mereka mesti sadar bahwa pendidikan di pesantren secara prinsip adalah faktor untuk mendekat kepada Allah swt,” kata Kiai Hodri Ariev.
Kiai Hodri mengatakan jika ada tindak pelecehan seksual entah dilakukan oleh keluarga pengasuh ataupun ustadz, hal itu sangat memprihatinkan.
Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum, Karangharjo, Silo, Jember Jawa Timur ini, menegaskan sejak awal pesantren memang menjadikan keluhuran akhlak itu sebagai cita-cita. Pesantren menjadikan keluhuran akhlak sebagai sesuatu yang patut diperjuangkan.
“Artinya, bukan dari RMI yang mendorong ke sana. Itu (keluhuran akhlak) adalah ciri khas pesantren. Nah, kalau kemudian muncul masalah-masalah yang memprihatinkan maka kami merasa sangat prihatin dan secara moral kami merasa harus terlibat untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti itu,” terangnya sembari mengatakan bahwa RMI PBNU bukan atasannya pesantren-pesantren namun lebih bersifat mengoordinasi.
Kiai Hodri juga menyebut, pondok pesantren memiliki amaliah dan fikrah serta pemikiran yang diwariskan oleh para ulama terdahulu, sehingga itu menjadi kekhasan pesantren. Salah satu kekhasan tersebut menurun dalam menyelesaikan masalah yang tanpa menimbulkan masalah baru.
Jika penyelesaian masalah dalam keadaan darurat, harus dilakukan dengan menanggung dampak buruk yang paling ringan. Kiai Hodri mengatakan ajaran pesantren memiliki sanad yang bersambung hingga Rasulullah.
“Bagaimana membuktikannya? Nah, pemikiran para ulama di situ yang dikutip dari gurunya dari gurunya dan itu tertulis di dalam kitab-kitab yang bersambung sampai ke Rasulullah saw,” kata Kiai Hodri.
Ia menegaskan pondok pesantren mendidik santri agar berakhlakul karimah, selain taat ibadah, menjadi manusia yang matang dan dewasa. Kemudian, harakah-nya tidak menimbulkan masalah.
“Itu yang mestinya menjadi cita-cita pesantren. Kita (RMI PBNU) selalu mendorong ke sana dalam silaturahim dengan para pengasuh pesantren,” pungkas kiai yang pernah nyantri di Pesantren Annuquyah Sumenep Jawa Timur.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Aiz Luthfi