NU Online Super App kini memiliki sedikitnya 16 fitur andalan, mulai dari Al-Qur'an, Doa & Wirid, Maulid, Kompas Kiblat, Kalender Hijriah, Tutorial Ibadah, hingga Tasbih Digital dan Kalkulator Zakat
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui media resminya, NU Online, telah meluncurkan sejumlah fitur tambahan dalam aplikasi berbasis Android dan iOS yang bernama NU Online Super App. Berbagai penyempurnaan dari sisi konten dan teknologi dilakukan guna menyongsong bulan suci Ramadhan.
"PBNU ingin aplikasi NU Online terus berkembang dan semakin relevan dengan kebutuhan muslim di Indonesia, bahkan dunia. Ini adalah bagian dari komitmen PBNU periode sekarang untuk meningkatkan perannya di ruang digital," kata Ketua PBNU Mohamad Syafi Alielha (Savic Ali), Sabtu (19/2/2022).
Ia mengajak umat Islam memanfaatkan teknologi ini dengan sebaik-baiknya. Platform digital yang mengangkat jargon "Aplikasi Keislaman Terlengkap" ini bisa diinstal di Play Store maupun App Store (http://nu.or.id/superapp).
NU Online Super App yang diluncurkan secara resmi oleh PBNU pada 27 Februari 2021 harlah NU 16 Rajab 1442 H) kini memiliki sedikitnya 16 fitur andalan, mulai dari Al-Qur'an, Doa & Wirid, Maulid, Kompas Kiblat, Kalender Hijriah, Tutorial Ibadah, hingga Tasbih Digital dan Kalkulator Zakat. Untuk meningkatkan layanan keagamaan selama Ramadhan 1443 H, NU Online Super App merilis fitur baru, yakni Ramadhan dan Ziarah serta penambahan sejumlah fungsi pada fitur-fitur lama agar kian memudahkan pengguna selama menunaikan ibadah di bulan suci.
Koordinator Program Pengembangan NU Online Super App Mahbib Khoiron menjelaskan, fitur Ramadhan yang tahun kemarin menemani bulan puasa warganet juga bakal tampil lagi dengan isi dan tampilan yang lebih segar. Menu-menu yang disajikan dalam fitur ini menyangkut rutinitas ibadah selama bulan suci, mulai dari niat puasa, doa berbuka, bacaan Lailatul Qadar, sampai tutorial shalat tarawih dan witir lengkap dengan doa dan wirid sesudahnya. Fitur ini juga diperkaya dengan kumpulan khutbah Jumat bertema Ramadhan, panduan teknis pelaksanaan zakat fitrah, takbiran, shalat Id, serta kompilasi khutbah Idul Fitri dalam aneka judul.
Sementara pada fitur Ziarah disuguhkan titik-titik lokasi makam dan tapak tilas ulama atau tokoh dari berbagai penjuru Indonesia. Selain Google Map, fitur ini juga dilengkapi kolom biografi singkat, tempat dan waktu kelahiran/kewafatan, serta artikel atau video terkait dengan itu.
"Penambahan daftar lokasi ziarah akan diperbaharui terus sehingga publik akan mendapatkan panduan berziarah secara lebih lengkap," kata Mahbib.
Pada fitur Jadwal Shalat, ada pula beberapa penambahan fungsi. Salah satunya, pengguna dari seluruh penjuru Tanah Air nanti bisa membagikan jadwal imsakiyah harian atau bulanan dalam format PDF.
Jadwal shalat dihitung secara otomatis sesuai koordinat lokasi pengguna, berdasarkan penghitungan Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (Subuh -20°, Isya -18°, ihtiyat +2 menit). Ini bisa menjadi panduan awal yang akurasinya dapat diselaraskan dan dikuatkan lagi dengan hasil penghitungan Lembaga Falakiyah NU di tingkat lokal masing-masing.
Aplikasi ini terintegrasi dengan saluran YouTube NU Online yang menayangkan beragam konten: tutorial ibadah, wawancara eksklusif, shalawat, film pendek, kajian kitab kuning, dan lain-lain; juga terkoneksi dengan situs web NU Online yang memuat lebih dari ribuan artikel keislaman.
"Lebih dari sekadar aplikasi ibadah, NU Online Super App berkomitmen hadir sebagai aplikasi belajar Islam yang otoritatif, agar kaum muslimin di mana saja secara mudah mengakses pengetahuan keislaman dari sumber-sumber yang kredibel," tutur Mahbib.
Perhatikan Sumber Belajar Agama
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf secara terpisah mengatakan, teknologi informasi merupakan elemen yang sangat penting dalam strategi dakwah dewasa ini. Apalagi kini teknologi sering menjadi perangkat yang amat mempengaruhi jalan pikiran banyak orang.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini mengingatkan bahwa NU merupakan organisasi yang bertugas sebagai pembawa ilmu dari para ulama.
“Ilmu yang kita unduh dari para ulama ini adalah agama, maka kita betul-betul harus hati-hati dari mana kita mengambil agama kita ini,” ungkap kiai yang pernah menempuh pendidikan agama di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta, pada 1979-1994 itu.
Gus Yahya mengapresiasi peran NU Online sebagai pintu yang mu'tabar (kredibel) bagi peselancar dunia maya yang ingin belajar Islam. Ia mendorong NU Online terus meningkatkan kiprahnya sebagai pusat layanan informasi keagamaan di Indonesia, yang berkualitas tinggi dan memperhatikan sanad keilmuan para ulama.
Editor: Alhafiz Kurniawan