Wadahi Kader di Luar Negeri, NU Inggris Dorong PBNU Buat Sistem Khidmah Digital
Kamis, 3 Februari 2022 | 19:00 WIB
Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) United Kingdom atau Inggris Raya Munawir Aziz. (Foto: Istimewa)
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) United Kingdom atau Inggris Raya Munawir Aziz mendorong Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuat sistem khidmah di Nahdlatul Ulama yang terkoneksi dan terintegrasi secara digital.
Hal tersebut sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut nama Praktisi IT dari NU Ainun Najib, saat Pengukuhan PBNU di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, beberapa hari lalu.
Munawir menyambut baik pernyataan Jokowi yang telah menyebut diaspora santri sebagai kader di berbagai negara agar bisa berkhidmah di NU, Indonesia, bahkan bisa berkontribusi untuk peradaban dunia.
Perhatian yang dinyatakan Jokowi itu menjadi stimulus bagi para santri NU yang sedang berdiaspora di berbagai negara untuk belajar lebih giat, bekerja lebih keras, dan meningkatkan sumber daya sekaligus jaringan agar lebih kuat.
Persoalan Ainun Najib kembali ke Indonesia atau tidak, menurut Munawir, merupakan sesuatu yang bukan menjadi urgensi. Sebab ada hal yang saat ini lebih penting dan harus segera dilakukan PBNU.
“Kami merasa bahwa yang paling urgent adalah PBNU perlu membikin sistem khidmah yang terkoneksi dan terintegrasi secara digital. Jadi Mas Ainun itu tidak sekonyong-konyong muncul di NU. Dia sudah bertahun-tahun berkhidmah. Kemarin juga masuk LTN PBNU 2015-2021,” kata Munawir kepada NU Online, Kamis (3/2/2022).
Ia menegaskan, terdapat banyak santri NU yang tersebar di berbagai negara. Sementara Ainun Najib hanya salah satu dari ratusan itu. Beberapa negara itu antara lain Jepang, Amerika, Eropa, Inggris, dan Arab Saudi.
Di negara-negara tersebut, mereka banyak yang berprofesi sebagai akademisi seperti dosen dan profesor. Bahkan ada pula yang menjadi ahli di masing-masing bidang seperti financial technology (teknologi keuangan) dan artificial intelligent (AI).
“Tidak hanya agama, tapi juga bidang-bidang lain yang merupakan energi besar bagi NU untuk masa kini dan mendatang, agar mereka bisa khidmah bareng-bareng dan saling terkoneksi satu sama lain. Ini sangat penting, PBNU perlu ada skema bagaimana cara mengonsolidasi ini,” kata Munawir.
Kemudian, dari konsolidasi yang sudah dibangun itu PBNU juga perlu membuat sistem basis data sumber daya para ahli di lingkungan santri NU dari berbagai bidang. Jika demikian, maka PBNU akan mengetahui peta kekuatan masing-masing ahli di bidang tertentu.
“Misalnya expert (ahli) di bidang AI, data sains, ekonomi fintech, diplomasi, operasional riset, algoritma matematika. Itu semua kita harus bisa skemakan dan saya kira bisa dan orangnya ada. Dari database yang terkonsolidasi itu, saya kira kita bisa membagi kerja-kerja yang spesifik,” ujar Munawir.
Ia yakin bahwa dalam lima tahun ke depan NU bisa melakukan kerja-kerja strategis di bidang digital. Misalnya menggarap transformasi digital di internal untuk sistem informasi dan surat-menyurat atau administrasi. Kemudian, PBNU juga akan bisa melakukan sebagaimana yang diharapkan Presiden Jokowi yakni membuat pasar digital.
“Ini tinggal diorkestrasi. Soal skill, kita bisa atur bersama. Dari skill itu kemudian dibagi. Setiap orang bisa mengerjakan apa. Karena karakter sumber daya di masing-masing negara berbeda. Karakter sumber daya PCINU di Australia itu sangat beda dengan di Timur Tengah, karakter di Hongkong sangat beda dengan Amerika. Jadi nanti dari peta negara maupun peta sumber daya itu sudah kelihatan bagaimana cara mengorganisasikannya,” jelas Munawir.
Para diaspora santri itu juga memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda sehingga perlu dibuatkan skema kerja agar mereka bisa berkhidmah. Baik santri yang sudah profesional maupun yang sedang menjadi mahasiswa, dosen, dan peneliti di kampus.
Masing-masing dari mereka memiliki cara khidmah yang berbeda-beda, sehingga perlu ada skema baru agar para santri NU yang berdiaspora di berbagai negara dengan latar belakang yang berbeda itu bisa saling menopang satu sama lain.
“Teman-teman yang sudah profesor itu jam khidmahnya pasti beda. Mereka bisa jadi advisor (penasihat) untuk program khusus. Teman-teman yang S2 itu nanti beda lagi cara kerjanya,” ujarnya.
Ia membayangkan, jika kelak PBNU memiliki pekerjaan besar maka dibuat seperti puzzle, maka setiap orang akan mengambil pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Apabila puzzle itu bisa disusun bersama, maka bakal menjadi sesuatu yang luar biasa.
“Jadi PBNU perlu bikin skema agar ada kerja bareng-bareng antar-diaspora santri ini agar bisa saling mendukung,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Ainun Najib merupakan salah seorang aktivis NU yang ahli di bidang IT dan saat ini sedang bekerja untuk sebuah perusahaan di Singapura. Presiden Joko Widodo berharap, PBNU bisa memanggil Ainun agar bisa bekerja untuk NU.
Sementara itu, Ketua PBNU Mohamad Syafi’ Alielha telah mengonfirmasi bahwa PBNU sudah membangun komunikasi dengan Ainun Najib. Komunikasi itu dibangun melalui salah seorang ketua PBNU yang juga ahli di bidang IT yakni Agus Zainal Arifin.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua