Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin mengatakan, pengertian santri bisa diperluas, yaitu semua orang, apa pun latar belanganya, siapa pun dia, asal orang yang memiliki akhlak para santri, yaitu seperti para ulama dan para kiai di pesantren.
Menurut kiai asal Lampung ini, akhlak para kiai dan santri di pesantren, sedikit banyak mengikuti akhlak Rasulullah sebab ia diutus ke dunia ini tiada lain untuk menyempurnakan akhlak mulia.
“Diutusnya Nabi Muhammad itu kan innama buitstu liutammima makarimal akhlaq, sesungguhnya aku diutus ke dunia ini untuk untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Bukan sekadar menyempurnakan akhlak, tetapi menyempurnakan akhlak yang mulia,” jelasnya di Gedung PBNU, Jakarta, Ahad (21/10).
Nah, lanjutnya, akhlak Nabi Muhammad tersebut diupayakan para kiai dipraktikkan di pesantren agar ditiru dan dipraktikkan para santri. Tidak hanya di pesantren, mereka diharapkan mempraktikkan saat di luar pesantren.
“Tetapi maknanya bisa diperluas, orang yang berakhlak mulia seperti para santri di pesantren tidak hanya dimiliki para santri. Orang-orang di luar pesantren pun banyak yang memiliki akhlak mulia. Mereka itulah disebut santri,” jelasnya.
Bagi dia, seorang musisi, pesepak bola, dan profesi lainnya berhak disebut santri dengan catatan memiliki akhlak para santri.
Selain berakhlak mulia, lanjutnya, para santri adalah orang yang siap mempertahankan agama dan negaranya.
Lebih lanjut ia mengajak, momentum Hari Santri harus diiringi dengan gerakan memesantrenkan anak di pondok-pondok pesantren. (Abdullah Alawi)