Siswa Madrasah Tunjukkan Proyek Robot Inovatif di Grand Final Kompetisi Robotik 2025
Sabtu, 1 November 2025 | 16:30 WIB
Tim Paradox dari MAN IC Tanah Laut, Kalsel dengan Robot Zrone yang mereka kembangkan untuk ajang MRC. (Foto: NU Online/Afrilia Tristara)
Jakarta, NU Online
Kementerian Agama RI menyelenggarakan kembali agenda tahunan Kompetisi Robotik Madrasah (Madrasah Robotic Competition/MRC) tahun 2025, setelah sempat vakum selama dua tahun pada 2023 dan 2024. Ajang yang menjadi wahana para siswa mengadu gagasan inovatif ini diselenggarakan di Living World, Kota Wisata Cibubur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/11/2025).
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa sedianya lebih dari 616 madrasah yang mendaftar untuk mengikuti kompetisi ini mulai dari jenjang ibtidaiyah (MI), tsanawiyah (MTs), dan aliyah (MA).
"Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada penampilan madrasah-madrasah yang telah mendaftar lebih 616 peserta," ujar Menag saat konferensi pers usai membuka grand final acara MRC.
Ia menambahkan, "ini artinya bahwa madrasah kali ini betul betul sangat luar biasa bukan hanya bisa membaca kitab kuning, bisa membaca bahasa Arab, membaca bahasa Inggris tapi juga dalam dunia teknologi juga sangat luar biasa, ya."
Menag menyebut ajang ini sangat penting sebagai sarana aktualisasi siswa madrasah yang menunjukkan iman dan teknologi akan berdampak besar saat berjalan beriringan.
"Robot itu sangat penting sebagai sarana untuk mengembangkan ide dan daya cipta anak madrasah. Kita tampilkan anak madrasah tidak hanya bisa baca kitab kuning atau pelajaran agama, tetapi juga terampil dalam teknologi," ujar Menag.
Kompetisi ini terbagi menjadi dua kategori, yakni kategori Karya Inovasi dan Mobile Robot Labirin. Kategori Karya Inovasi terbagi untuk dua jenjang, aliyah dan tsanawiyah. Sementara kategori Mobile Robot Labirin terbagi untuk jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah.
Dari keseluruhan 616 pendaftar, terdapat 10 peserta dari tiap kategori dan jenjang yang lolos ke tahap final. Sehingga, total peserta yang mengikuti grand final ada 50 perwakilan.
Inovasi robot penyiram otomatis dengan teknologi akal imitasi (AI)
Salah seorang peserta yang berhasil lolos ke tahap final adalah tim Paradox dari MAN Insan Cendekia Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Malik Fatah Hanafi, perwakilan tim Paradox, menjelaskan bahwa robot Z-Rone yang timnya rancang berangkat dari gagasan untuk memudahkan para petani jagung di daerahnya.
"Waktu kami lagi fase design thinking pas tahapan emphasize kami lihat petani jagung menyiram tanaman masih satu-satu. Para petani lokal bilang ini lumayan memakan waktu yang lama," ujar Malik.
Robot Z-Rone yang sedang dikembangkan berupa drone heksacopter cerdas yang berfungsi sebagai pengendali hama dan penyiraman yang presisi pada lahan pertanian jagung (Zea Mays).
"Saya bikin drone untuk menyiram otomatis pakai AI. Jadi, robot ini terbangnya sudah tidak perlu pakai remot lagi," ujar Malik.
Saat mengembangkan Z-rone, Malik mengaku tantangan terbesarnya adalah menyeimbangkan performa drone dengan kapasitas air yang diangkut sehingga bisa memberi hasil yang presisi.
Pada tahap awal Z-rone berhasil mengangkut satu liter air dan didistribusikan merata ke lahan jagung. Malik menyebut timnya masih terus mengembangkan agar performa pesawat nirawak ini bisa sampai tahap maksimal menampung tiga liter air dan meringankan pekerjaan petani jagung.
Roudhotul Jannah, guru pendamping tim MAN IC Tanah Laut, menjelaskan permasalahan yang kerap dirasakan para petani jagung di Tanah Laut. Ia menyebut, jagung merupakan salah satu lahan pertanian terbesar di Tanah Laut dengan luas area sekira satu hektar milik petani.
"Para petani jagung ini baru bisa menanam minimal saat sudah turun satu kali hujan. Mereka menghadapi kesulitan karena penyiraman jagung harus kontinyu," ujar Jannah.
Ia menjelaskan, tanaman jagung yang sudah menjulang tidak efektif jika disiram dari bawah dan perlu teknik penyiraman seperti hujan.
"Ini yang membuat anak-anak tergerak untuk menciptakan inovasi yang memudahkan para petani jagung. Sehingga kalau alatnya ada yang bisa menyiram dari atas, mereka tidak harus menunggu musim hujan," terangnya.
Ia berharap temuan inovasi anak-anak didiknya ini bisa memberi dampak yang bermanfaat secara luas bagi dunia pertanian di Indonesia.