Stafsus Wapres Minta Generasi Muda NU Jaga Demokrasi dari Sumbu Intoleransi
Jumat, 28 Februari 2020 | 09:45 WIB
Masduki Baidlowi saat menjadi pembicara kunci pada Talkshow Kopi dan Peci di Gedung PBNU, Jumat (28/2). (Foto: NU Online/Suwitno)
Masduki menyampaikan tersebut saat didaulat menjadi pembicara kunci pada Talkshow Peci dan Kopi di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (28/2) dengan tajuk "Intoleransi dan Tantangan Kebhinekaan". Talkshow diselenggarakan oleh 164 Channel.
Masduki pun memaparkan bahwa sistem demokrasi terbagi menjadi dua tahap, yakni tahap prosedural dan substansial.
Tahap prosedural adalah persaingan partai politik dan/atau para calon pemimpin politik meyakinkan rakyat agar memilih mereka menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahan (legislatif atau eksekutif) di pusat atau daerah.
"Itulah proses dari mulai mendaftar sampai selesai pemilu itu, itu namanya prosedural politik dalam demokrasi," kata Masduki.
Tahap selanjutnya adalah demokrasi substansial, yaitu bagaimana masyarakat dapat hidup sejahtera dan keadilan dapat ditegakkan. Menurutnya, orientasi demokrasi substansial ini yang menjadi alasan umat Islam di Indonesia menerapkan sistem yang berasal dari barat tersebut.
"Itulah kenapa umat Islam di Indonesia menerima sistem demokrasi karena harapannya supaya dari tingkat prosedural menjadi ke tingkat substansial karena ukuran pemimpin itu bisa mensejahterakan rakyat atau tidak," katanya sambil mengutip kaidah fiqih 'tasharruful imam ‘alar ra’iyyah manuthun bil maslahah'.
Namun, sambungnya, kesejahteraan dan keadilan yang menjadi harapan itu tidak akan terwujud jika dalam perjalanannya diwarnai intolernasi.
Oleh karena itu, ia berharap generasi muda NU untuk terus mengawal demokrasi agar tidak dibumbui intolernasi atau isu-isu SARA oleh sebagian kelompok yang ingin menghancurkan Indonesia.
"Ini adalah pertemuan yang sangat baik anak-anak muda di kalangan Nahdlatul Ulama supaya menjadi kader-kader terus berjuang bagaimana agar demokrasi tidak dimbumbui atau dijadikan sumbu dari penggeraknya itu adalah masalah-masalah intolernsi karena itu sangat berbahaya bagi sistem demokrasi," terangnya.
Talkshow ini menghadirkan empat narasumber. Mereka ialah Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia M Najih Ar-Romadhoni, Eks Jamaah Islamiyah Ali Imron, Mabes Polri Brigjen Ibnu Suhendra, dan Peneliti senior dari Wahid Foundation Alamsyah M. Djafar.
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi