Pangkal Pinang, NU Online
Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII Tahun 2020 resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin, Rabu (26/2). Kiai Ma'ruf Amin menyatakan harapannya agar kongres ini mampu mengembalikan kejayaan umat Islam sebagai umat yang terbaik (khaira ummah) melalui berbagai program yang jelas.
Kiai Ma'ruf menegaskan bahwa predikat ini sudah lama hilang dan tercabik-cabik, terlebih berbagai persoalan yang melanda kawasan Timur Tengah. Bukannya membangun kasih sayang, sesama umat malah yang muncul permusuhan, perselisihan, dan peperangan.
Sehingga menurutnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus menjadi payung besar umat Islam dan menjadi Imamah Institusionaliyyah Umat Islam. Hal ini beralasan karena MUI memiliki representasi dari ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia.
"MUI melalui KUII ini harus mampu menyarikan solusi atas permasalah negara dan mewujudkan umat Islam terbaik. Menjadikan ulama sebagai panutan yang mampu mengarahkan umat dalam berperan aktif membangun bangsa," ujar Kiai Ma'ruf Amin.
Baca:
Para ulama, lanjutnya, harus terus melakukan penguatan komitmen kebangsaan kepada umat Islam. Semua elemen harus mencegah segala usaha atau bagian yang ingin keluar dari komitmen kebangsaan sekaligus menghalau paham dan tindakan radikal terorisme yang masih menjadi pekerjaan rumah bangsa Indonesia.
"Tidak boleh mengusung paham yang tidak disepakati termasuk khilafah. Khilafah merupakan sistem islami tapi islami bukan hanya Khilafah. Sistem kerajaan, keamiran, atau republik juga bisa islami," katanya.
Ia pun menegaskan kembali bahwa khilafah bukan ditolak di Indonesia namun tertolak. Tertolak di sini dalam artian tidak bisa diterima karena NKRI adalah Darul Mitsaq (negara kesepakatan) dannketika membawa paham khilafah maka sama saja menyalahi kesepakatan.
Hal ini menjadi salah satu dari tiga tugas umat Islam yaitu Himayatuddin (peran agama), Himayatul Ummat (peran keumatan), dan Himayatuddaulah (peran kebangsaan).
Bertempat di Hotel Novotel, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kongres digelar selama empat, hingga Ahad (29/2).
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan