Survei Bio Farma: 64 Persen Masyarakat Siap Diimunisasi Vaksin Covid-19
Kamis, 19 November 2020 | 05:00 WIB
Jakarta, NU Online
Produsen Vaksin dan Antisera Bio Farma Indonesia mengklaim 64,81 persen masyarakat Indonesia siap mengikuti imunisasi vaksin Covid-19. Data itu didapatkannya berdasarkan survei persepsi masyarakat untuk vaksin Covid-19 yang dilakukannya pada 30 September lalu. Data ini sekaligus menjawab sejumlah pertanyaan masyarakat yang sempat mengkhawatirkan ada keraguan dan ketidak percayaan terhadap efektivitas vaksin Covid-19.
Research and Development Division PT Bio Farma, Neni Nurainy, mengungkapkan, data lain yang berhasil disimpulkan dari kegiatan survei tersebut yakni 7,60 persen masyarakat Indonesia tidak akan mengikuti imunisasi dan tidak mau menerima vaksin Covid-19, sedangkan 27,60 persen menyatakan tidak tahu.
“Diantara yang menolak itu karena mereka tidak yakin dengan kemananannya, tidak yakin dengan efektivitasnya, takut efek sampingnya, kepercayaan agama dan lainnya,” ungkap Neni Nurainy saat menjadi narasumber Webinar Nasional ‘Vaksin Covid-19: Antara Keraguan dan Keyakinan’, Rabu (18/11) malam.
Neni menyebutkan, masyarakat yang tidak yakin dengan keamanan vaksin Covid-19 mencapai 59,03 persen, tidak yakin dengan efektivitasnya 43,17 persen, takut efek samping 24,20 persen, tidak percaya vaksin 26,04 persen, kepercayaan agama 15,97 persen dan yang lainnya 31, 24 persen.
“Pertanyaan yang kami kemukakan dalam survei tersebut yakni mengapa Anda tidak menerima vaksin Covid-19?, dan itu jawabanya,” kata dia.
Temuan survei itu, lanjut Neni, menjadi bahan edukasi bagi pemerintah maupun pihak-pihak yang peduli dengan Covid-19 misalnya oleh Nahdlatul Ulama (NU) yang setiap hari terjun ke lapangan untuk terlibat penuh penanganan Covid-19.
Setiap faktor yang mengemuka dalam survei harus ditekankan dan disentuh di masyarakat agar masyarakat tersebut yakin dengan vaksin Covid-19. Menurut Neni, pihaknya telah berkomitmen menghadirkan vaksin Covid-19 yang aman, imungenik dan efikasi.
Meski begitu dalam Webinar Nasional kali ini, Bio Farma belum menyebutkan secara rinci komponen apa saja sebagai bahan baku pembuatan vaksin Covid-19. Bio Farma hanya menyebut bahan-bahan untuk pembuatan vaksin secara umum.
Padahal persoalan inilah yang banyak disorot masyarakat Muslim, mereka ingin tahu kehalalan vaksin Covid-19. Untuk mengetahui hal itu tentu saja, masyarakat perlu tahu terlebih dahulu komponen apa saja yang digunakan untuk membuat vaksin. Selanjutnya, bagaimana proses produksi vaksinnya, apakah sudah sesuai dengan anjuran agama atau tidak.
Menanggapi persoalan vaksin Covid-19 ini, Sekretarais Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Sarmidi, mengungkapkan bahwa sampai saat ini LBM PBNU masih mengkaji literatur fikih Islam terkait vaksin Covid-19. Menurut Kiai Sarmidi, beberapa waktu yang lalu LBM juga telah berdiskusi bersama WHO, Bio Farma, Epidemolog, BPOM dan para kiai NU.
Hasil pertemuan tersebut antara lain, LBM perlu penjelasan lebih lengkap lagi dari pemerintah terkait komponen vaksin dan bagaimana proses produksinya. LBM merasa perlu berhati-hati dalam menentukan hukum vaksin Covid-19 sebab idealnya proses pembuatan vaksin sampai 6 tahun lamanya.
“Audit kehalalan memang penting tapi tak kalah penting juga audit dampak yang akan timbul dari vaksinasi tersebut,” kata H Saramidi.
Intinya, para kiai dan ulama NU perlu mendapatkan informasi yang valid mengenai komponen dan cara produksi vaksin Covid-19 supaya dapat memberikan tanggapan terhadap kehalalan vaksin berdasarkan dalil aqli maupun dalil naqli. Setelah mengkaji lebih dalam, para kiai segera memutuskan status hukum vaksin Covid-19.
“Karena prinsip NU dalam mengambil keputusan adalah kehati-hatian,” ujarnya di hadapan para peserta Webinar.
Berbeda dengan Ketua Satgas NU Peduli Covid-19, dr Muhammad Makky Zamzami. Menurut dia, sejak NU terjun ke lapangan dan menyampaikan masalah vaksin masyarakat memang banyak yang meragukan.
Karena itu, lanjutnya, sosialisasi terkait vaksin sangat penting dimasifkan oleh seluruh pihak. Dia tidak ingin pemerintah sudah bersusah payah menghadirkan vaksin Covid-19 tetapi masyarakat justru menolaknya hanya karena ragu.
“Tantangan berat yaitu jika terjadi penolakan. Menghadirkan vaksin sendiri tantangan yang berat tambah lagi satu keraguan penolakan, ini dilematis,” ungkapnya.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi A Razaq