Survei SMRC: 40 Juta Anggota NU Jadi Pemilih di Pilpres 2024
Selasa, 11 Juli 2023 | 14:00 WIB
Ilustrasi: Bendera NU berukuran raksasa di acara Peringatan 1 Abad NU yang dilaksanakan di GOR Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). (Foto: NU Online/Suwitno).
Jakarta, NU Online
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengemukakan data bahwa terdapat total 20 persen warga Indonesia yang mengaku sebagai anggota Nahdlatul Ulama (NU). Rinciannya, ada 8,6 persen orang mengaku anggota aktif NU dan 11,7 persen sebagai anggota tapi tak aktif.
Jumlah anggota NU itu lebih besar apabila dibandingkan dengan jumlah anggota serikat pekerja/buruh atau kelompok tani/nelayan yang hanya sekitar 15 persen (9,7 persen anggota aktif dan 5 persen anggota tapi tidak aktif). Bahkan, jumlah anggota NU yang mencapai 20 persen itu jauh lebih besar dari anggota Muhammadiyah yang hanya sekitar 3 persen (anggota aktif 2 persen, dan tidak aktif 1,1 persen).
Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan bahwa jumlah 20 persen itulah yang menjadi alasan semua orang tertarik dengan NU atau semua partai politik ingin dekat NU. Sebab fakta menunjukkan, NU punya massa dengan jumlah yang besar.
Saiful menegaskan bahwa survei SMRC itu dilakukan untuk mengetahui jumlah anggota, bukan orang yang mengaku sebagai warga NU. Sebab anggota merupakan status yang bersifat formal. Berbeda dengan istilah warga NU atau Nahdliyin yang hanya bersifat kultural dengan mempraktikkan ritual-ritual yang menjadi tradisi kuat di dalam NU. Secara kultural, jumlah massa NU tentu saja jauh lebih besar.
Jika dihitung dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sebanyak 204.807.222, maka jumlah anggota NU sebanyak 20 persen itu setara dengan 40.961.444 orang.
“Kalau yang mengatakan anggota itu 20 persen, itu banyak. Artinya, kalau jumlah pemilih kita 2024 nanti sekitar 200 juta, kurang lebih itu 40 juta, 20 persen itu banyak,” ucap Saiful Mujani dalam tayangan Kekuatan Elektoral Nahdlatul Ulama di SMRC TV, diakses NU Online pada Selasa (11/7/2023).
Kemudian, SMRC menghitung jumlah pemilih yang berasal dari unsur keagamaan seperti majelis taklim. Hasilnya, orang yang merasa aktif di majelis taklim sebanyak 20 persen dan tidak aktif tapi sebagai anggota majelis taklim sebesar 9 persen. Artinya, orang yang merasa menjadi anggota majelis taklim sebesar 29 persen.
“Kalau kita telusuri ini (anggota majelis taklim), banyak orang NU di dalamnya,” ucap Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Selain itu, SMRC mencatat ada 23 persen anggota organisasi masjid dengan rincian anggota aktif 14,9 persen dan 7,9 persen tidak aktif. Menurut Saiful, apabila para anggota organisasi masjid ini ditelusuri lebih dalam maka juga akan terlihat persinggungannya dengan NU.
“Kalau dilihat dari jumlah ini, memang NU punya nilai elektoral, karena dari sisi jumlahnya itu besar,” kata Saiful.
Sementara itu, lembaga survei Alvara Research Center mencatat ada lebih dari 50 persen warga mengaku dekat dengan NU. Menurut Pendiri Alvara Research Center Hasanuddin Ali, jumlah warga NU yang sangat besar itu menjadi penentu dalam Pilpres 2024 mendatang.
Berdasarkan afiliasi ormas, Alvara mencatat bahwa penduduk Muslim yang mengaku dekat dengan NU sebesar 59,2 persen, sedangkan orang yang mengaku menjadi anggota NU sebesar 39,6 persen.
Pewarta: Aru Lego Triono