Tabuh Kendang, Gus Yahya Resmi Buka Muktamar Pemikiran NU 2023
Jumat, 1 Desember 2023 | 23:15 WIB
Gus Yahya menabuh kendang sebagai penanda dibukanya Muktamar Pemikiran NU Ke-2 2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada Jumat (1/12/2023) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf secara resmi membuka forum Muktamar Pemikiran NU 2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat (1/12/2023).
"Marilah kita buka bersama-sama dengan membaca Ummul Kitab, dengan niat wasilah maksud-maksud baik semoga bisa terwujud," kata Gus Yahya disambung dengan pembacaan Al-Fatihah oleh seluruh hadirin.
Pembukaan Muktamar Pemikiran NU ini ditandai dengan penabuhan gendang bersama oleh, Ketua PBNU Ahmad Suaedy, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla, Ketua Lakpesdam PBNU Hasanudin Ali, Sekretaris Lakpesdam PBNU Ufi Ulfiah, Anggota SC Muktamar Pemikiran NU 2023 Rumadi Ahmad, dan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Ahmad Zainul Hamdi.
Gus Yahya berkesempatan menyampaikan orasi kebudayaan dengan lantang di hadapan ratusan partisipan Muktamar Pemikiran NU 2023. Ia menegaskan masyarakat saat ini tengah dihadapkan dengan tekanan yang cukup berat berkenaan dengan masa depan.
"Kita ini sedang menghadapi tekanan yang cukup berat dari apa yang kita bayangkan sebagai kemungkinan-kemungkinan masa depan. The future is present and becoming even more present,” kata Gus Yahya.
Ia menjelaskan bahwa masa depan menjadi periode waktu yang tidak bersekat. Masa depan, lanjut dia, semakin dekat bahkan seolah-olah menyatu dengan masa sekarang.
"Masa depan itu tiba-tiba lebih cepat datangnya. Zaman telepon rumah sampai zaman handphone itu berapa puluh tahun jaraknya. Sekarang, tiba-tiba dalam beberapa bulan kita harus ditempa dengan teknologi baru. Masa depan terasa lebih menekan," papar dia.
Berbicara tentang masa depan, Gus Yahya berpandangan bahwa ada satu realitas yang sederhana, namun sangat penting dan menentukan.
"Bahwa ke depan itu ketika kita memikirkan segala hal kita berhadapan dengan skala dan konsideran pemikiran yang masuk hitungan variabel dengan ukuran yang besar sekali. Kalau dulu generasi kakek kita tahun 50-an ketika berpikir Indonesia, mereka berpikir antara 70-an juta orang penduduk Indonesia," ujar dia.
Kecenderungan tersebut, kata Gus Yahya, membuat orang mulai terbiasa merumuskan perimbangan berdasarkan angka.
"Orang lupa bahwa angka itu adalah jumlah manusia-manusia. Manusia-manusia disederhanakan ke dalam angka. Maka di sini, ada ancaman yang serius sekali yaitu kecenderungan dehumanisasi apalagi pergulatan kebijakan," papar dia.
Sebagai informasi, Muktamar Pemikiran NU 2023 mengusung tema Imagining the Future Society. Forum ini akan berlangsung selama tiga hari di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta dimulai sejak 1-3 Desember 2023.
Forum ini diikuti oleh para cendikiawan, pemikir, aktivis sosial, santri dan kiai, juga masyarakat umum. Peserta yang hadir tidak hanya berasal dari kalangan NU, tetapi juga melibatkan pihak eksternal yang tertarik dengan agenda ini. Inisiatif ini memperkuat konsep inklusivitas dan partisipasi aktif NU dalam merancang pondasi masyarakat ideal untuk Indonesia.
Pada forum ini akan dibahas konsep dan arah masa depan Indonesia dan dunia terkait beberapa aspek, meliputi digitalisasi, teknologi, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Sebagai hasilnya, PBNU diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang efektif untuk merespons dan mengimplementasikan usulan-usulan dari Muktamar Pemikiran NU 2023.
Tampak hadir dalam pembukaan Muktamar Pemikiran NU 2023, Ketua PBNU Ahmad Suaedy, Wasekjen PBNU Najib Azca, Ketua Lakpesdam PBNU Hasanuddin Ali, Ketua RMI KH Hodri Ariev, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Ahmad Zainul Hamdi.