Teladani Kegigihan Siti Hajar, Umat Islam Bisa Lebih Maju dan Sejahtera
Senin, 11 Juli 2022 | 09:15 WIB
Jakarta, NU Online
Jika umat Islam dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik salah satunya dengan bekerja keras dan bekerja cerdas, maka umat Islam bisa lebih maju dan sejahtera. Kerja keras dan kerja cerdas itu dapat diambil dari kisah Ibu Hajar, Istri Nabi Ibrahim yang berusaha dengan gigih mencari seteguk air di sekitar bukit Sofa yaitu di gurun pasir yang kering kerontang serta tanahnya tandus dan gersang hingga berhasil menemukannya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Prof Nachrowi Djalal Nachrowi menjelaskan hal itu saat khutbah Idul Adha di Halaman Masjid Attauhid Arief Rahman Hakim Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat, Ahad (10/7/2022).
“Tetapi kenyataannya, saat ini umat Islam maupun negara-negara Islam secara rata-rata masih tertinggal jauh bila dibandingkan degan umat beragama yang lain,” kata Prof Nachrowi.
Apabila dikontraskan, lanjut dia, negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Indonesia dan negara-negara di Timur Tengah, pendapatan per kapitanya relatif rendah daripada pendapatan per kapita negara-negara Eropa dan Amerika yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam. Kenyataan itulah yang perlu dicermati bersama.
“Kenyataannya, penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, tingkat kemiskinannya masih tinggi. Untuk itu kita perlu merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri: apakah kita telah menjalankan ajaran Islam dengan baik? Ataukah kita sekadar beragama Islam seperti yang tertera pada KTP kita saja?” ujarnya.
Sebelumnya, pria yang juga ketua senat akademik UI itu menjelaskan bahwa upaya kerja cerdas sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidizi yang artinya ‘Siapa yang menginginkan keberhasilan hidup di dunia maka raihlah dengan ilmu; dan siapa yang menginginkan keberhasilan hidup di akhirat, maka raihlah dengan ilmu; sedangkan siapa yang ingin sukses dua-duanya, maka raihlah (juga) dengan ilmu’.
“Lalu bagaimana dengan kehidupan akhirat, apakah perlu ilmu juga seperti yang disampaikan dalam hadits tersebut?” Prof Nachrowi mengajak jamaah merenung.
Menurut Prof Nachrowi, mayoritas umat Islam sudah menyadari bahwa supaya dapat berhasil hidup di akhirat, perlu menyiapkan dengan baik ketika masih hidup di dunia. Sebagai konsekuensinya, umat Islam perlu menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Agar dapat memperloleh pahala dari Allah ketika menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, umat Islam juga perlu ilmu.
“Kalau kita menjalankan puasa tanpa mengetahui ilmu puasa, kemungkinan besar kita hanya memperoleh lapar dan dahaga tanpa memperoleh pahala. Sementara kalau kita menunaikan ibadah haji tanpa mengetahui ilmu tentang haji, kemungkinan besar kita tidak akan memperoleh haji yang mabrur, dan seterusnya,” bebernya.
Dengan begitu, apa yang diajarkan Islam lebih dari 14 abad yang lalu agar umatnya bekerja cerdas, sangat relevan dengan situasi saat ini.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Syamsul Arifin