Jakarta, NU Online
Pemutarbalikan sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh sejumlah kelompok dinilai termasuk dalam desain untuk memperkeruh kedamaian di Tanah Air. Masyarakat Indonesia dimbau tak terpancing dengan tetap mewaspadai potensi konflik antarsesama.
<>
Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan, wacana seputar PKI akhir-akhir ini tidak terlepas dari kepentingan global yang menginginkan terjadi konflik di Indonesia sehingga mudah diintevensi.
“Neokomunisme dipakai untuk membongkar-bongkar luka lama agar terjadi konflik besar di Indonesia. (Seperti propaganda) PKI tahun 65 tidak salah, yang salah adalah Banser, yang salah adalah tentara,” katanya di kantor International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Jakarta, Selasa (2/10) sore.
Menurut Hasyim, propaganda ini tak perlu ditanggapi secara reaksioner karena hanya akan merugikan bangsa sendiri.
“Komunisme memang mempunyai keahlian di bidang itu. Bagaimana dia membersihkan diri dari kesalahannya, melemparkan kesalahan kepada orang lain, dan akhirya dia memita imbalan dari kesalahan yang dilimpahkannya itu,” terangnya.
Mantan Ketua Umum PBNU ini memandang, beberapa kasus kekerasan, seperti konflik sunni-syi’ah, pembakaran gereja, pembakaran masjid, secara bertahap telah membentuk opini global tentang citra keberagamaan di Indonesia. Ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan momen seperti ini.
Hasyim juga mengingatkan media sebagai tempat rujukan masyarakat untuk menggunakan fungsinya dengan baik. Penyampaian informasi atau pendapat mesti diarahkan untuk kemaslahatan banyak orang. “Jadi jangan sampai menghadapkan umat ke tembok,” tandasnya.
Penulis: Mahbib Khoiron