Jakarta, NU Online
Pesantren adalah tulang punggung NU. Bicara tentang NU tidak akan lepas dari pesantren. Jika saat ini pesantren dalam ancaman terkait pandemi Covid-19, secara tidak langsung juga merupakan ancamanan bagi Nahdlatul Ulama. Ancaman ini sudah terasa dengan tingginya tingkat kiai dan pengasuh pesantren yang wafat pada periode ini lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Ditambah lagi dengan kondisi saat ini peningkatan kasus Covid-19 di pesantren semakin meningkat dari hari ke hari. Data peningkatan kasus ini tidak semuanya terdata di Rabitah Maahid Islamiyah (RMI) PBNU. Masih banyak yang belum terdata di RMI sebagai lembaga yang menangani pesantren di Nahdlatul Ulama.
Paparan ini disampaikan Ketua Umum Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin saat berbicara pada Webinar Tantangan Penanggulangan Covid-19 di Pesantren dan Masyarakat, Jumat (25/12) malam.
Gus Rozin pun mengingatkan tiga pintu yang memiliki peran tinggi masuknya Covid-19 ke pesantren. Pertama adalah pintu saat santri masuk ke pesantren. Pada pintu ini bisa terjadi penyebara masuk akibat kurang ketatnya screening atau pemeriksaan santri saat masuk yang kemudian menular di dalam pesantren.
Pintu masuk kedua adalah saat warga pesantren atau kiai beraktivitas di luar pesantren dan saat kembali membawa virus corona ke dalam pesantren. Dan pintu ketiga adalah melalui pihak atau orang luar yang masuk ke pesentren seperti tamu, wali santri, ataupun supplier yang menyuplai kebutuhan-kebutuhan pesantren.
Menurutnya, jika celah masuk ini lebih diperhatikan dan diperketat penanganannya maka penyebaran Covid-19 di pesantren akan bisa ditangani. "Semakin terkontrol pintu ini semakin aman pesantren," ungkapnya.
Berdasarkan data dari Rabitah Maahid Islamiyah (RMI) PBNU, Gus Rozin menyebut bahwa sampai dengan 21 Desember 2020, sudah ada 112 pesantren yang terpapar Covid-19 dan 234 kiai-ibunyai meninggal dunia. Walau kondisi wafatnya mereka tidak bisa diklaim karena terpapar Covid-19, namun kondisi ini sudah pada tahap mengkahawatirkan.
Berdasarkan grafik, jumlah pasien santri pun menunjukkan peningkatan kurva mencapai hampir 5.500 santri. Meski tingkat kesembuhan para santri termasuk tinggi karena faktor umur dan imun yang baik, namun hal ini mengkhawatirkan ketika santri beraktivitas di pesantren kemudian menyebar dan memapar para kiainya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan