Nasional

Tim NU Peduli Lombok Tingkatkan Pelayanan di Fase Transisi

Jumat, 31 Agustus 2018 | 04:00 WIB

Jakarta, NU Online
Situasi gempa bumi di Nusa Tenggara Barat khususnya Lombok telah memasuki babak baru yakni fase transisi menuju rehabilitasi. Dalam fase ini sejumlah pendekatan berbeda diambil oleh PBNU melalui Tim NU Peduli Lombok.

Dalam keterangan yang disampaikan oleh ketua Lembaga Penanggualangan Bencana NU, Tim NU peduli Lombok mulai meningkatkan pelayanan dengan membangun sejumlah fasilitas umum dan memberikan kebutuhan ektra.

“Saat ini adalah masa transisi darurta menuju pemulihan kami meningkatkan pelayanan kesehatan, psikososial dan penyaluran kebutuhan lain. Tujuannya agar warga NTB bisa bangkit dan leih baik pasca terkena gempa,” ujar ketua LPBI Ali Yusuf, di Jakarta Kamis (30/8).

Secara rinci Ali juga menyebbut sejumlah bantuan bangunan semi permanen dan alat lain yang akan diberikan oleh warga NU antara lain: 
1. NU akan membangun huntara seribu unit
2. Fasilitas MCK dan air bersih 500 unit
3. Masjid dan mushalla darurat 500 unit
4. Hygiene kit 5000 buah
5. Family kit 5000 buah
6. School kit 5000 tas, pensil, penggaris, buku, dan alat lain
7. Peningkatan pelayanan posko kesehatan dan psikososial

“Bangunan-bangunan yang akan dibagun di sana akan bersifat semi permanen. Karena bangunan harus bersifat sementara, dan belum boleh membangun tembok,” terangnya. 

Sementara itu ketua LAZISNU Ahmad Sudrajat melaporkan bahwa pengumpulan dana dari rekening LAZISNU mencapai 6.6 miliar lebih. “Total dana terkumpul di LAZISNU mencapai 6.697.541.491,” kata Ahmad Sudrajat.

Sudrajat juga menjelaskan bahwa pendekatan tim NU di lapangan berdasarkan pada kerja bersama atas pembagian tugas yang terkoordinasi sesuai dengan kemampuan dan kapasitas lembaga-lembaga NU. 

“Kita telah membuat SOP kebencanaan yang ada pembagian lembaganya. Jadi yang ‘turun’ gantian dan berkesinambungan,” jelasnya.

Dalam keterangannya, Tim NU Peduli Lombok sendiri telah melakukan advokasi ke lokasi gempa sejak pertama kali terjadi gempa pada 29 Juli 2018. 

“Biasanya dulu kami menjalankan sendiri, tapi sejak turun di awal itu, lalu kami mengevaluasi dan membuat satu tim agar pekerjaan tidak tumpang tindih. Namun tetap saja yang menjadi komandan utama adalah PWNU NTB,” terang Ali Yusuf. (Ahmad Rozali)


Terkait