Titik Awal Peradaban Islam Dimulai menurut KH Anwar Iskandar
Kamis, 28 September 2023 | 00:30 WIB
Wakil Rais 'Aam PBNU KH Anwar Iskandar saat menyampaikan pengarahan di Tabligh Akbar di Kediri, Jawa Timur. (Foto: Tangkapan layar Youtube Pondok Lirboyo)
Jakarta, NU Online
Ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penuh tantangan dan perjuangan. Dalam catatan sejarah, periode dakwah Nabi Muhamad terbagi menjadi dua, yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Nabi Allah yang terakhir ini sukses mengemban risalah kenabian. Islam diterima oleh banyak kalangan dengan membawa peradaban.
Menurut Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Anwar Iskandar, peradaban Islam dimulai bukan saja saat Nabi Muhammad saw menerima wahyu berupa Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam. Melainkan, peradaban sudah disiapkan saat Nabi dan Sayyidah Khadijah disatukan oleh Allah dalam ikatan pernikahan.
"Peradaban Islam itu dimulai dengan mempertemukan Rasulullah Muhammad saw dengan seorang saudagar kaya raya di Makkah yaitu Sayyidah Khadijah," katanya sebagaimana dalam tayangan Youtube Pondok Lirboyo saat Tabligh Akbar di Kediri, Jawa Timur, diakses NU Online, Rabu (27/9/2023).
Pertemuan Nabi Muhammad dengan Sayyidah Khadijah hingga akhirnya mendapatkan gelar Nabi mempunyai makna penting. Seorang Nabi diutus oleh Allah untuk menyampaikan ajaran agama kepada umat memerlukan perjuangan yang besar dan tidak mudah. Butuh dukungan bukan saja berupa moral tapi juga aspek material. Kehadiran Sayyidah Khadijah mendampingi Nabi juga dalam hal suksesi dakwah atau misi kenabian.
"Nabi Muhammad mendapat mandat dari Allah mengemban risalah nabawiyah dipertemukan dengan seorang saudagar kaya yang namanya Sayyidah Khadijah. Apa maknanya? Maknanya adalah Allah memberi tahu kepada kita bahwa perjuangan yang akan diemban oleh Rasulullah itu nanti membutuhkan modal membutuhkan biaya yang tidak kecil," ungkapnya.
Menurut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, sebuah perjuangan memang tidak cukup hanya dengan bermodal spirit atau tekad yang membara. Perjuangan juga perlu ditopang dengan modal (materi) yang cukup. Hal ini sebagaimana makna yang tersirat dalam kisah-kisah perjuangan Rasulullah saw.
Lebih jauh, ia menyebut di dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 41 telah diterangkan bahwa Allah menyerukan untuk berjihad (berjuang) di jalan-Nya dengan harta (amwal) dan jiwa (anfus).
...... وَّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya, "........ dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui".
"Kenapa amwal didahulukan daripada anfus ini memberi tahu kepada kita bahwa perjuangan itu mesti harus disertai dengan cukupnya harta atau uang. Tidak mungkin tanpa dengan uang. Dan uang yang digunakan untuk berjuang pasti nanti akan mendatangkan yang berkah," jelasnya.
Nabi Muhammad saw menerima wahyu setelah sekian lama menikah dengan Sayyidah Khadijah. Di sini, menurut Kiai Iskandar dimulainya peradaban pada fase yang tak kalah pentingnya. Bahwa Islam dibawa oleh Nabi Muhammad, manusia pilihan yang mempunyai fondasi ilmu pengetahuan yang kuat, sehingga peradaban yang dibangun Nabi adalah kemajuan-kemajuan yang berkeadaban.
"Di tahap berikutnya 'Iqra' bismirobbikal ladzi khalaq'. Itu fase berikutnya bahwa peradaban harus dimulai dari ilmu. Tidak mungkin Islam ini tidak ditopang oleh orang-orang yang paham dengan ilmu, tentunya ilmu agama. Maka fase berikutnya adalah Nabi Muhammad mendapat wahyu tentang pentingnya literasi pentingnya iqra' pentingnya ilmu," jelasnya.