KH Anwar Iskandar Ungkap Pelajaran Penting di Balik Hijrah Nabi Muhammad
Rabu, 19 Juli 2023 | 22:30 WIB
Ilustrasi: Tahun Hijriah itu dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. (Foto: Freepik)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Jakarta, NU Online
Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Anwar Iskandar mengungkapkan bahwa tahun hijriah itu dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Peristiwa hijrah Rasulullah ini diambil dalam penentuan tahun Hijriah di antara alasannya karena terdapat sejarah penting di dalamnya.
Dari saking pentingnya, Allah swt mengabadikan peristiwa itu melalui firman-Nya di dalam kitab suci umat Islam. "Betapa pentingnya arti hijrah itu sampai diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur'an," katanya saat menyampaikan mauidzah hasanah pada Istighotsah dan Doa Bersama 1 Muharram 1445 H Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (18/7/2023) di Lapangan Aula Muktamar Pesantren Lirboyo.
Rasulullah saw cukup berhasil melaksanakan dakwah di Makkah, sehingga tidak sedikit masyarakat Makkah memeluk agama Islam. Namun, seiring keberhasilannya, orang-orang yang membenci Nabi justru semakin tidak terkendali. Mereka bahkan menyusun kekuatan dan merencanakan membunuh Nabi.
Di saat situasi yang semakin mencekam dan rencana pembunuhan benar-benar harus dilakukan, Rasulullah akhirnya diizinkan Allah untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Kota ini memang dihuni oleh masyarakat yang berperadaban dan kehadiran Rasulullah dinilai lebih diterima. Di samping itu hijrah adalah langkah untuk menghindari kekerasan orang-orang Quraisy yang sudah di luar batas. Satu hal lain, juga agar membentuk ekosistem dakwah baru yang lebih mendukung.
"Di tengah-tengah perjuangan besar Nabi Muhammad di Makkah dimusuhi oleh orang-orang Makkah, mulai dari rakyat biasa samapi penguasa. Semuanya merencanakan akan membunuh Nabi Muhammad, akhirnya keputusan Allah harus hijrah," terangnya.
Nabi pun akhirnya keluar dari Makkah ditemani oleh Sahabat Abu Bakar. Prosesnya tidak mudah, karena masih dalam bayang-bayang kejahatan orang-orang kafir Quraisy. Di malam hari, saat mereka melaksanakan rencana pembunuhan terhadap Nabi, kekasih Allah ini berhasil menerobos kepungan orang-orang Quraisy di kawasan rumahnya. Mata mereka dibutakan sehingga tidak bisa melihat gerak-gerik Nabi saat keluar rumah.
Meski demikian, niat jahat orang-orang Quraisy tidaklah surut, mereka masih terus mengejar Nabi Muhammad, dan mencarinya di sejumlah tempat persembunyian. Sementara Nabi Muhammad dan Abu Bakar memang bersembunyi di sebuah gua.
"Ketika Nabi dan Sahabat Abu Bakar ini berada dalam gua karena bersembunyi. Di belakang mereka ini ada pasukan kuda yang terus mengejar ke mana larinya Nabi Muhammad," ucap Kiai Anwar Iskandar.
Kiai sepuh Lirboyo Kediri ini menegaskan, dari sejarah perjalanan Nabi Muhammad hijrah dari Makkah hingga sampai ke Madinah ada pelajaran penting yang dapat diambil. Yakni ikhtiar besar Nabi Muhammad keluar dari situasi sangat mencekam di Makkah menuju Madinah yang justru dakwah Nabi Muhammad diterima dengan sangat baik.
"Nabi Muhammad dituntun oleh Allah untuk bersembunyi di dalam gua. Ini namanya ikhtiar. Kanjeng Nabi ketika dikejar oleh orang kafir selain pasrah kepada Allah, juga ikhtiar bersembunyi di dalam gua," terangnya.
Menurut Kiai Anwar Iskandar, usaha keras yang dilakukan Rasulullah dan tentu saja disertai dengan tawakal harus dicontoh oleh umatnya dalam menggapai keberhasilan. Tawakal dan ikhtiar dalam pandangannya adalah satu paket. Tawakal saja tidak cukup bila hendak mengejar dan mewujudkan mimpi.
"Ini (hijrahnya Nabi) mengajarkan kepada kita semua, siapa saja yang ingin sukses selain tawakal kepada Allah harus usaha. Pingin alim ya harus tenanan kalau belajar. Itu bagian dari ikhtiar," tuturnya.
Allah memang maha segalanya, termasuk maha pemberi pertolongan terhadap hamba-hamba-Nya. Tetapi, menurut Kiai Anwar Iskandar, hal itu tidak berarti memangkas ikhtiar. Manusia harus tetap berupaya untuk mendapatkan keberhasilan. "Apa tidak yakin akan pertolongan Allah? Yakin. Tapi tetap usaha," jelasnya.
Kiai Anwar Iskandar kembali melanjutkan kisah hijrah Nabi Muhammad yang sarat dengan ikhtiar. Ia menjelaskan, jarak tempuh dari Makkah ke Madinah sangat jauh. Ditambah terik matahari begitu menyengat. Tapi, bagaimanapun kondisinya saat itu, Nabi Muhammad tetap menyusuri jalan hingga sampai di Madinah dibantu oleh seorang non-Muslim bernama Abdullah bin Arqat (saat itu belum masuk islam). Abdullah bin Arqat inilah yang memimpin perjalanan Nabi melewati jalan yang tidak biasa guna mengelabui dan menghindari kejaran kafir jahiliyah.
"Makkah-Madinah itu jauh, sekitar 500 kilometer. Pada saat itu tidak ada pesawat seperti sekarang, tidak ada kereta tidak ada mobil. Panas banget, tidak ada wit-witan (pepohonan), adanya padang pasir dan gunung-gunung berbatu. Kanjeng Nabi demi Islam demi menyelamatkan iman dan Islam beratnya hijrah dari Makkah ke Madinah dilakoni," katanya.
"Sampailah Nabi Muhammad ke Madinah. Di sana jadi rebutan. Orang Madinah senang kedatangan Kanjeng Nabi, bukan main senangnya," sambungnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua