Tragedi Kanjuruhan, Gus Nadir: Harus Ada Investigasi Menyeluruh
Senin, 3 Oktober 2022 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Cendekiawan Muslim Nadirsyah Hosen menyoroti tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menelan ratusan korban jiwa, Sabtu (1/10/2022). Ia menyebut bahwa kita tidak pernah diajari untuk menerima kekalahan.
“Saat ini kita semua kalah. Kalah oleh fanatisme klub dan kedaerahan. Begitu mudah amarah tumpah karena kita tak pernah diajari untuk menerima kekalahan. Padahal sejatinya olahraga mengajarkan sportivitas untuk menerima bahwa hidup tidak selalu menang,” ungkapnya, melalui akun instagram @nadirsyahhosen_official, Ahad (2/10).
“Kalah tak mesti berujung amarah. Kalah-menang itu hal biasa. Tapi persoalan nyawa itu sungguh luar biasa,” Imbuh Gus Nadir, sapaan akrabnya.
Rais Syuriyah PCI-NU Australia – New Zealand itu pun menyoroti penggunaan gas air mata dalam penanganan supporter sepakbola. Menurutnya, FIFA punya aturan dan kepolisian pun punya SOP. Sehingga, katanya, mesti ada investigasi secara menyeluruh.
“Lalu kita bertanya: siapa yang salah? Dijawab dengan mantra ‘sesuai prosedur’. Tapi siapakah yang bisa menetapkan ‘sesuai prosedur’ atau tidak? Harus ada investigasi menyeluruh bukan saja untuk tahu siapa yang salah tapi juga untuk memperbaiki agar tragedi kemanusiaan ini tidak berulang lagi,” harapnya.
Presiden Perintahkan Investigasi
Melalui siaran pers pada Ahad (2/10/2022), Presiden Joko Widodo merespons tragedi tersebut. Secara khusus, ia meminta Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menginvestigasi dan mengusut tragedi itu.
"Khusus kepada Kapolri saya minta untuk melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini," katanya.
Presiden juga memerintahkan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainuddin Amali, Kapolri Jenderal Sigit, dan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan untuk mengevalusi penyelenggaraan pertandingan sepak bola secara menyeluruh.
Adanya tragedi yang menelan ratusan korban ini membuatnya langsung memerintahkan kepada Ketua Umum PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1.
"Untuk itu, saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan," kata pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 61 tahun silam itu.
Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Syamsul Arifin