Viral Hujatan Aura Maghrib, LD PBNU Ingatkan Warganet: Islam Larang Perilaku Merendahkan Orang Lain
Selasa, 9 Juli 2024 | 19:00 WIB
Pengurus LD PBNU Ustadz Soleh Sofyan mengimbau warganet agar bijak bermedia sosial. (Foto: dok. istimewa)
Jakarta, NU Online
Belakangan ini, dunia media sosial dihebohkan dengan viralnya hujatan memakai istilah 'aura maghrib'. Sebutan ini muncul pertama kali saat warganet ramai mengomentari penampilan selebgram Fujianti Utami Putri alias Fuji dari video lawasnya yang viral.
Warganet lalu menyebut penampilan lama Fuji itu dengan istilah aura maghrib. Tidak lama kemudian, kalimat aura maghrib viral dan secara masif digunakan oleh warganet.
Istilah aura maghrib yang dilontarkan untuk menghina dan merendahkan orang lain ini mendapat respons dari Ustadz Soleh Sofyan, salah satu anggota Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU).
Ustadz Soleh Sofyan (Solsof) mengatakan, penyematan sebutan aura maghrib untuk menyebut orang berkulit gelap, kusam, buruk atau jelek sangat tidak baik dan tidak dibenarkan.
Ia kemudian menjelaskan makna maghrib yang memiliki arti mulia. Kata maghrib memiliki akar kata gharaba-yaghrubu yang berarti pergi menjauh, terbenam, asing, atau membentuk kata al-maghrib yang berarti barat (tempat/waktu terbenam matahari), dan al-musytaghrib (oksidentalis).
Lebih lanjut, Ustadz Solsof mengingatkan warganet bahwa Islam melarang perilaku menghina, merendahkan, dan mengolok-olok orang lain dengan alasan apa pun.
"Apalagi sebutan aura maghrib masuk dalam kategori hate speech (ujaran kebencian) yang mengandung rasisme dan mengarah pada body shaming," jelas Ustadz Solsof kepada NU Online, Selasa (9/7/2024).
Bahkan, ia menyebut bahwa warganet yang gemar menghina orang lain di media sosial seolah memiliki tugas yang melebihi tugas malaikat.
"Malaikat tugasnya hanya mencatat amal seseorang, kemudian melapor kepada Tuhan tanpa menghakimi, tapi warganet Indonesia ini di samping sering mencatat amal seseorang dia juga mudah menghujat, menghakimi, tanpa berpikir dampak apa yang nanti terjadi pada korban bullying tersebut," tegasnya.
Ustadz Solsof kemudian mengimbau warganet agar bijak dalam menggunakan media sosial. Ia menekankan pentingnya memiliki filter sebelum menyebarkan komentar atau mengunggah postingan.
"Saring sebelum sharing, jangan yang penting posting dan komentar, tapi posting dan komentar yang penting-penting saja," katanya.
Soal larangan dalam Islam terhadap perilaku merendahkan dan menghina orang lain, Ustadz Solsof mengutip Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 11.
"Hai orang-orang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."