Nasional

Warga Inggris Protes Rumah Dijadikan Musholla

Selasa, 3 Juli 2012 | 16:01 WIB

London, NU Online
Sebuah rumah di Westcliff, Essex, Inggris Raya yang difungsikan sebagai musholla, diprotes warga sekitar yang merasa terganggu dengan kegiatan ibadah yang dilakukan Umat Muslim di mushala tersebut. Warga mengklaim, umat muslim yang datang ke musholla itu kerap menimbulkan kegaduhan.<>

Pemerintah daerah itu pun dikecam warga sekitar karena mengeluarkan izin rumah tersebut dijadikan musholla. Sekira 50 hingga 120 umat Muslim Inggris diketahui menggunakan rumah kecil sebagai tempat mereka melakukan shalat lima waktu. Mereka juga menggunakan rumah itu sebagai perayaan Idul Fitri dan hari-hari besar umat Islam lainnya.

Warga Muslim setempat membeli rumah itu tiga tahun lalu, memperluas izin penggunaan rumah tersebut sebagai mushala. Meski warga mengajukan keberatan atas pengalihfungsian rumah menjadi musholla, tapi pejabat setempat tetap mengizinkan umat muslim menggunakan rumah tersebut sebagai musholla.

Meski izin rumah menjadi mushala sudah keluar, tapi warga tidak bisa menerima kerumunan dan kegaduhan yang mereka sering rasakan. Bahkan, warga merekam kegiatan umat Muslim yang tengah berdoa di dalam mushala itu dan menyebarkan videonya lewat Youtube.

Kelly Phipps, seorang ibu rumah tangga yang tinggal tak jauh dari musholla itu mengatakan, saat Ramadhan tiba banyak mobil yang diparkir dan ratusan orang datang ke mushala tersebut. "Mereka pun dengan segera menciptakan kegaduhan," ujar Phipps mengeluh, seperti dikutip The Daily Mail, Selasa (3/7).

"Mereka memarkir mobil di trotoar dan jalanan pun penuh. Saya heran mengapa pihak dewan kota tidak mengambil tindakan atas masalah ini. Saya tidak punya masalah dengan mereka (warga Muslim), hanya saja suara gaduh dan ramainya mobil yang diparkir, membuat saya sangat keberatan," papar wanita 33 tahun itu. "Sebuah masjid tidak cocok untuk daerah pinggiran jalan seperti ini."

Sebagian besar dari warga tidak menghendaki rumah itu dijadikan tempat ibadah. Mereka pun mendesak pemerintah setempat untuk segera menyelesaikan masalah ini. Sayangnya, tidak ada satu di Pusat Kesejahteraan Jaafriya Islam itu bersedia berkomentar terkait masalah tersebut.



Redaktur : Syaifullah Amin


Terkait