Waspada Risiko Gangguan Kesehatan Mulut dan Gigi akibat Stunting
Rabu, 13 September 2023 | 13:30 WIB
Kegiatan Edukasi Pencegahan Stunting dan Hubungan dengan Kesehatan Mulut dan Gigi diadakaan Bidang Kesehatan Fatayat NU Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (9/9/2023) (Foto: Fatayat NU Temanggung)
Temanggung, NU Online
Persoalan stunting masih menjadi tantangan yang harus dihadapi masyarakat Indonesia. Bukan sekadar urusan tinggi badan, sunting ternyata memiliki dampak buruk pada kesehatan gigi dan mulut.
“Manifestasi rongga mulut stunting di antaranya enamel hypoplasia, amelogenesis imperfekta, severe raupan karies. Selain itu juga menyebabkan xerostomia,” kata drg Sekar Tadji dalam kegiatan Edukasi Pencegahan Stunting dan Hubungan dengan Kesehatan Mulut dan Gigi.
Dalam acara yang diadakan Bidang Kesehatan Fatayat NU Temanggung, Sabtu (9/9/2023) sebagaimana rilis yang diterima NU Online, drg Sekar menjelaskan hipokalsifikasi adalah kelainan struktur email gigi karena gangguan pada tahap kalsifikasi atau mineralisasi.
Hipokalsifikasi biasanya berupa bercak putih opak yang tampak pada gigi geligi tetap dan susu. Gigi yang mengalami hipoklasifikasi menjadi rentan terhadap karies akibat kurangnya mineral seperti kalsium pada tahap kalsifikasi.
Sementara amelogenesis imperfekta (AI) adalah gangguan pembentukan email gigi tanpa adanya manifestasi sistemik. Karies rampan adalah masalah gigi berlubang yang merambat dengan cepat dan langsung menyerang bagian pulpa.
Adapun xerostomia ialah adalah kondisi ketika mulut terasa sangat kering karena kelenjar air liur tidak mampu menghasilkan cukup air liur untuk melembapkan rongga mulut.
Pada orang dewasa efek samping obat-obatan tertentu, kondisi sedang gugup, dan jarang minum air putih juga bisa membuat seseorang mengalami xerostomia.
Kondisi xerostomia ini dapat menyebabkan lidah menjadi kasar, muncul sariawan, dan bibir retak-retak. Jika kondisi mulut kering berlangsung lama, seseorang dapat mengalami kesulitan mengunyah, menelan, dan bahkan berbicara. Pada tahap yang parah, mulut yang dibiarkan mengering juga dapat meningkatkan risiko pembusukan gigi atau infeksi jamur. Bila tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi seperti kerusakan gigi yang parah.
drg Sekar Tadji sebelumnya memaparkan faktor penyebab stunting yaitu keluarga dan lingkungan tempat tinggal, kehamilan dan laktasi, dan infeksi berulang.
“Manifestasi atau gejala umum stunting, yaitu terganggunya pertumbuhan dan perkembangan motorik dan mental, terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh serta pertumbuhan fisik, kecerdasan di bawah rata-rata, sistem imunitas tubuh yang kurang baik dan risiko kelainan sistem,” kata dr Sekar Tadji dalam kegiatan yang berlangsung di Pendopo Pengayoman Temanggung.
Sementara itu dikutip dari laman Kemenkes, Presiden Joko Widodo pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu, 25 Januari 2023 mengatakan stunting bukan hanya urusan tinggi badan. Tetapi, yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis.
Presiden menargetkan prevelensi angka stunting secara nasional hingga 2024 mencapai 14 persen. Sebelumnya berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di 2022.
“Ini harus bisa kita capai, saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak. Angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama,” kata Jokowi.
Infrastruktur dan lembaga yang ada, lanjut Presiden, harus digerakkan untuk memudahkan menyelesaikan persoalan stunting. Dari lingkungan mulai dari air bersih, sanitasi, rumah yang sehat, ini merupakan kerja terintegrasi dan harus terkonsolidasi.
“Jadi target 14 persen itu bukan target yang sulit hanya kita mau atau tidak mau. Asalkan kita bisa mengonsolidasikan semuanya dan jangan sampai keliru cara pemberian gizi,” ungkap Jokowi.