Wisudawan Gen Z Didorong Jadi Generasi Produktif, Kreatif, Inovatif
Sabtu, 15 Juni 2024 | 19:00 WIB
Wisuda X Unusia di Gedung Sasono Langen Budaya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (15/6/2024). (Foto: Unusia)
Jakarta, NU Online
Ketua Simposium digital Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT-PBNU) Dede Rosyada menungkapkan kekhawatirannya kepada generasi Z yang kerap dianggap pemalas oleh perusahaan.
Hal tersebut mengemuka ketika ia berpidato di depan Wisudawan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) yang mayoritasnya adalah gen Z.
"Saya agak worry dengan mereka ini, karena sekarang generasi Z punya 'branding' baru yaitu pemalas. Maka sekarang perusahaan sangat mempertimbangkan untuk lebih mementingkan generasi milenial daripada generasi Z," ungkapnya di saat Wisuda X Unusia di Gedung Sasono Langen Budaya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, pada Sabtu (15/6/2024).
Di sisi lain, Dede Rosyada memberikan semangat kepada para wisudawan untuk membuktikan bahwa mereka bukan pemalas. Dia mendorong wisudawan untuk membuktikan bahwa mereka adalah generasi yang produktif, kreatif, dan inovatif. Tak ketinggalan, Dede memberikan pesan kepada wisudawan agar menjadi orang yang berkomitmen dan bekerja dengan baik.
Dede Rosyada juga menjelaskan mengenai adanya bonus demografi di 2045 yang akan terjadi ledakan sumber daya manusia (SDM) dengan 206 juta orang yang berada di market kemampuan. "Namun market kita saat ini hanya mampu menampung 145 juta. Oleh karena itu 60 juta orang harus bisa masuk ke market ASEAN," ujarnya.
Pihaknya mengatakan Pemerintah Indonesia telah membuka market ASEAN di tahun 2023 dan menjadikan ASEAN sebagai single market. "Dengan demikian anda harus bisa masuk ke pasar-pasar kerja di Hanoi, di Thailand, seluruh negara Asia,” jelasnya.
Untuk bisa masuk ke market ASEAN, Retor UIN Syarif Hidayatullah 2015-2019 itu menjelaskan 4 pilar. Pilar ini juga langkah mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Keempatnya adalah critical thinking, creativity extraction, communication, collaboration.
Ia kemudian menjelaskan salah satunya yaitu communication.
"Komunikasi dalam hal ini konteksnya adalah Globalizing society. Maka kita harus melatih bahasa Inggris sebagai bahasa kedua kita. Bahasa ini bukan hanya sebagai mata kuliah yang dipelajari di kelas tapi sebagai daily language yang ada di kantin, perpustakaan dan di mana pun. Kita harus menggunakan bahasa Inggris sebagai second language untuk bisa sukses menghadapi 2045,” pungkasnya.