Daerah

Wisudawan STAINU Purworejo Diharapkan Jaga Marwah dan Jadi Pionir Perubahan

Senin, 31 Juli 2023 | 13:00 WIB

Wisudawan STAINU Purworejo Diharapkan Jaga Marwah dan Jadi Pionir Perubahan

STAINU Purworejo menggelar Sidang Senat Terbuka dalam rangka Wisuda Sarjana (S1) ke-29 Tahun 2023, pada Sabtu (29/7/23). (Foto: Dok STAINU Purworejo)

Jakarta, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Purworejo menggelar Sidang Senat Terbuka dalam rangka Wisuda Sarjana (S1) ke-29 Tahun 2023, pada Sabtu (29/7/23). Wisuda kali ini mengusung tema “Harmoni dan Sinergi: Peran LPT-PBNU dalam Membangun STAINU Purworejo Menuju Perguruan Tinggi Bereputasi”.

 

Ada 72 wisudawan yang diwisuda, mereka berasal dari Jurusan Tarbiyah dan tersebar pada tiga prodi yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Wisudawan Terbaik diraih Siti Zaidatul Khasanah (PGMI) dengan IPK 3,89 dengan masa studi 3 tahun 9 bulan. Sementara Wisudawan Tercepat disematkan kepada Sri Maryati (PAI) dengan masa studi 3 tahun 6 bulan, IPK 3,82.

 

Dalam sambutannya, Ketua STAINU Purworejo, Mahmud Nasir berharap para wisudawan mampu menjaga marwah dan nama baik STAINU Purworejo. “Kami berharap para alumni STAINU Purworejo ini tetap dapat menjalin kerja sama dengan institusi, dan pastinya menjaga nama baik melalui sikap moral dan etika yang luhur, berakhlakul karimah berfikrah Aswaja An-Nahdliyyah,” ungkapnya.

 

Hadir langsung dalam prosesi wisuda, Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT PBNU), Prof Dede Rosyada untuk menyampaikan orasi ilmiah. 

 

Ia berharap, lulusan dari Perguruan Tinggi NU, STAINU Purworejo, tidak menjadi beban masyarakat, melainkan menjadi pionir perubahan masyarakat. Menurutnya, LPT PBNU saat ini sedang fokus untuk mengembangkan perguruan tinggi NU di beberapa Kabupaten/Kota di Indonesia.

 

“Kami saat ini fokus melakukan pengembangan PTNU agar mampu bereputasi pada skala nasional bahkan internasional agar dapat mentransformasikan masyarakat Nahdliyin,” jelasnya.

 

Setidaknya, sambung Prof Dede, ada tiga hal penting dalam meningkatkan lembaga pendidikan tinggi, pertama, penguatan manajemen mutu internal, kedua, relevansi prodi dengan kebutuhan market masyarakat, dan ketiga, partisipasi. 

 

“Dalam rangka mewujudkan itu semua salah satunya melalui implementasi MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka),” ungkap Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

 

Ia melihat seluruh prodi di STAINU Purworejo sudah linear dan relevan untuk dunia kerja. Namun, akan lebih baik nantinya jika ditopang dengan kompetensi khusus sebagai keahlian tambahan dalam rangka memenuhi kebutuhan market masyarakat dan dunia industri. Kompetensi tersebut dikenal 4C yakni Critical Thinking, Communication, Collaboration serta Creativity, dan Innovation.

 

"Pelayanan juga penting ditingkatkan guna meningkatkan trust dari masyarakat. Nanti kita bantu dalam peningkatan reputasi internasional dan manajemen lembaga,” tuturnya.

 

Turut hadir dalam acara tersebut Ketua PWNU Jawa Tengah KH Muhammad Muzammil, Koordinator Kopertais Wilayah X Jawa Tengah Prof H Imam Taufiq, Kantor Kemenag, dan PCNU Purworejo. Kiai Muzammil berpesan agar wisudawan memiliki rasa tawakal untuk menjadi insan yang berkarakter.

 

“Lulusan STAINU Purworejo harus menunjukkan heroisme, semangat dalam berkhidmat kepada bangsa dan negara kita. Sarjana yang bermanfaat, bukan saja memiliki ilmu pengetahuan, tetapi suka rela mendermakan ilmunya di tengah-tengah kehidupan bangsa dan negara”, ujar Kiai Muzammil.  

 

Sementara Koordinator Kopertais Wilayah X Jawa Tengah, Prof H Imam Taufiq, menyampaikan agar STAINU Purworejo mampu membangun konsolidasi perguruan tinggi melalui penguatan manajemen mutu. 

 

“Saat ini mengelola perguruan tinggi cukup sulit, tetapi dengan konsolidasi dan kerja sama dalam penguatan manajemen mutu internal antarpimpinan mampu menguatkan sekaligus meningkatkan kualitas perguruan tinggi,” ujarnya.

 

“Maka, lulusan STAINU Purworejo memiliki ciri khas tersendiri, karena mereka kader NU, artinya kader penggerak akhlakul karimah, moralitas dan integritas di masyarakat,” ungkap Rektor UIN Walisongo Semarang itu.