Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Maimuniyah Darul Ulum, Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur KH Mahfudz Harim wafat pukul 10.00 WIB di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang.
Kabar wafatnya tokoh agama ini sempat membuat masyarakat waswas karena ada kabar wafatnya karena positif Covid-19.
Menanggapi kabar tersebut, menantu Kiai Mahfudz yang bernama Gus Yusuf meluruskan kabar tersebut. Menurutnya, ayah mertuanya wafat karena punya riwayat sakit paru-paru yang cukup lama.
Beberapa hari lalu, Kiai Mahfud memang sempat reaktif Covid-19 hasil rapid test. Hasil ini yang diduga kuat membuat masyarakat takut.
Kiai Mahfud sempat masuk dalam Pasien Dalam Pengawasan (PDP) nomor urut 10 dan dirawat di RSUD Jombang selama beberapa hari.
"Kita luruskan. Setelah dilakukan swab tes pertama hasilnya negatif. Hasil tes swab yang kedua keluar sore pukul 15.00 WIB hasilnya juga negatif. Kalau negatif maka negatif. Jadi tidak karena Corona, tapi di paru-parunya ada penumpukan cairan," jelasnya, Sabtu (2/5).
Kiai Mahfudz wafat di usia 80 tahun lebih 17 hari. Ia meninggalkan lima orang putra dan delapan orang cucu. "Kiai Mahfudz keturunan dari Kiai Kholil, cucunya," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Pengasuh Pesantren Pesantren Darul Ulum lainnya KH Zahrul Azhar Asumta menjelaskan, jenazah Kiai Mahfudz dimakamkan secara normal di kompleks makam keluarga Pesantren Darul Ulum.
"Saya sampaikan kepada keluarga almarhum apapun hasilnya sebaiknya tetap dimakamkan di makam keluarga," katanya.
Menurut alumni Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada ini pemakaman Kiai Mahfudz dihadiri keluarga terdekat almarhum. Jenazah dikebumikan sekitar pukul 13.30 WIB.
Lebih lanjut, tokoh agama yang biasa disapa Gus Hans ini meminta para santri, alumni, dan masyarakat umum mengirim doa dari rumah saja.
"Tujuannya sebagai langkah mengedukasi masyarakat selama Covid-19. Tetap di rumah saja," beber Gus Hans.
Gus Hans berpesan kepada masyarakat umum untuk tidak menolak jenazah dalam kondisi apapun. Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang karena takut berlebihan hingga menolak jenazah Covid-19.
"Makanya saya sedih ketika ada berita tentang segelintir orang yang menolak jasad Covid-19," pintanya.
Ia mencontohkan, dahulu kala Nabi Muhammad SAW pernah berdiri untuk menghormati jenazah yang lewat di sekitarnya. Sebagai umat Islam selayaknya mengikuti perbuatan Nabi Muhammad.
Padahal itu jenazah orang Yahudi. Sahabat nabi menyampaikan hal itu kepada nabi. Tapi Nabi Muhammad SAW menjawab bahwa meskipun beda agama, tapi ia juga manusia.
"Jangan sampai para penderita positif Covid-19 yang dalam perawatan justru lemah imunnya dikarenakan oleh sikap masyarakat yang berlebihan seperti ini," tutup Gus Hans.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin