Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Era Gus Dur Wafat di Malaysia
Jumat, 26 Mei 2023 | 22:30 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sarwono Kusumaatmadja. (Foto: Antara)
Jakarta, NU Online
Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Persatuan Nasional (1999-2001), Sarwono Kusumaatmadja, wafat pada Jumat (26/5/2023).
Menteri era Presiden Soeharto dan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menghembuskan nafas terakhir di Penang, Malaysia, pada usia ke-79 tahun.
“Kami keluarga besar Partai Golkar merasakan duka cita mendalam atas kepergian tokoh sekaligus senior kami, Bapak Sarwono Kusumaatmadja,” kata anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani di Jakarta, sebagaimana dikutip dari JPNN.
Sarwono meninggal dunia pada pukul 17.15 waktu Malaysia. Jenazahnya diterbangkan ke Indonesia malam ini.
Sarwono diketahui pernah menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Indonesia RI dan Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia pada era Presiden Soeharto.
Selanjutnya, pria yang lahir pada 24 Juli 1943 itu juga menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia pada pemerintahan Presiden Gus Dur.
Dalam tulisan Pikiran Rakyat, Sarwono digambarkan sebagai sosok yang sebagian besar percakapannya dengan Gus Dur adalah soal laut.
Gus Dur merupakan sosok yang menguasai sejarah kemaritiman Indonesia. Gus dur memiliki analisis bahwa Indonesia akan kembali jaya apabila kembali ke laut, tak ayal ia menunjuk Sarowo sebagai Menteri Kelautan saat ia menjabat presiden.
Pandangan Sarwono soal kelautan kerap dijadikan rujukan banyak pihak. Misalnya, soal peralihan leluhur nusantara dari pelaut menjadi agraris. Menurut Sarwono, proses peralihan tersebut memerlukan waktu yang lama dan terjadi secara gradual.
Ini juga ada kaitannya dengan upaya kolonial Belanda yang ingin menguras sumber daya nusantara, mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya.
Belanda mengambil alih kekuasaan jalur laut sebagai nadi lalu lintas ekonomi. Mereka juga membuka perkebunan yang hasilnya diangkut melalui jalur laut.
Mereka memonopoli laut melalui laut melalui KPm atau yang sekarang dikenal Pelni. Ia juga menciptakan jabatan struktural seperti bupati dengan gelar keningratan dan gaji untuk kepentingan Belanda semata.
Maka itu, Sarwono menilai bahwa rasa persatuan dari Sabang hingga Merauke bukanlah buatan atau produk warisan Belanda. Hal itu melainkan jasa para tokoh nasionalis mulai dari Soekarno hingga Tan Malaka dalam menciptakan wawasan kebangsaan.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori