Opini

Antusiasme Menyambut “Pokemon Go” Jadi Titik Revolusi Teknologi Realitas Maya

Kamis, 4 Agustus 2016 | 14:56 WIB

Antusiasme Menyambut “Pokemon Go” Jadi Titik Revolusi Teknologi Realitas Maya

ilustrasi: pokemongo.com

Oleh Mohammad Zikky*
Fenomena booming-nya game “Pokemon Go” akhir-akhir ini menjadikan dunia seakan terhipnotis dengan keunikan permainannya yang berbasis lokasi nyata dengan peta digital. Berbagai media cetak dan elektronik dengan hiruk pikuk memberitakan Game ini dan secara viral menyebar ke berbagai kalangan di seluruh penjuru dunia. Game buatan John Hanke ini sudah diunduh 10 juta lebih dalam minggu pertama saat pertama diluncurkan John dan timnya pada tanggal 6 Juli 2016 di Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. John Hanke butuh waktu 20 tahun sampai akhirnya bisa menciptakan game yang fenomenal ini. Dia memulainya dari menciptakan game pertamanya MMO (Massively Multiplayer Online Game) yang disebut ‘Meridian 59’ pada tahun 1996, disaat John Hanke masih berstatus sebagai mahasiswa. Meskipun kemudian Hanke menjual game tersebut ke perusahaan 3DO dengan alasan untuk mengejar passion-nya di dunia peta digital (terbukti dengan karya ciptanya bernama Keyhole, sebuah layanan peta dunia dengan 3D foto udara yang terhubung ke GPS untuk pertama kalinya pada tahun 2000 serta lahirnya Google Earth pada tahun 2004), John Hanke dengan pengalamannya di dunia game akhirnya berpikir kembali untuk menciptakan game yang berbasis lokasi nyata dengan peta digital menggunakan teknologi GPS sehingga lahirlah game ‘Ingress’ tahun 2012 dan yang paling mutakhir adalah Pokemon Go dengan teknologi tambahan Augmented Reality (AR) pada mini-games di dalamnya.

Game ini menjadi menarik dan viral karena ini merupakan game mobile pertama kali yang menggunakan dua konsep teknologi termutakhir, yaitu AR (Augmented Reality); sebuah teknologi yang mampu menggabungkan obyek 3D pada dunia virtual ke dalam dunia nyata, serta teknologi game yang berbasis lokasi riil dan memanfaatkan teknologi GPS (Global Positioning System). Dua teknologi ini (AR dan GPS) sebenarnya bukan merupakan teknologi baru, tercatat dalam sejarah bahwa teknologi AR sudah dimulai sejak tahun 60-an pada bidang sinematografi bernama Senosorama dan teknologi GPS sendiri sudah dirancang sejak tahun 70-an dan diaktifkan untuk umum mulai tahun 1995 untuk digunakan dalam berbagai macam keperluan navigasi. Seiring dengan berkembangnya perangkat cerdas seperti smartphone dan teknologi internet cepat nirkabel, ide memanfaatkan AR dan GPS pada sebuah game yang nyata telah hadir untuk memberikan revolusi baru bagaimana menggabungkan keduanya menjadi game yang fantastis.

Masa depan telah dimulai dari Pokemon Go

Game “Pokemon Go” hadir seakan menjadi antitesis bahwa teknologi game/video game umumnya dimainkan dalam posisi diam, sehingga stigma yang muncul bahwa orang yang kebanyakan main game adalah orang yang malas bergerak dan keluar dari interaksi dunia nyata. Game Pokemon Go hadir dengan prasyarat harus dimainkan di luar (outdoor/ masih dalam deteksi sinyal GPS) dan mengharuskan pemain bergerak serta menjembut atribut-atribut game-nya pada lokasi tertentu di dunia nyata. Game ini menurut saya menjadi salah satu titik revolusi teknologi penggabungan dunia virtual dan dunia nyata yang begitu imersif, dan pastinya ke depan tidak hanya dimanfaatkan untuk game, namun bisa untuk hal lain di berbagai bidang, misalkan untuk checkpoint pengambilan kupon virtual lomba gerak jalan, virtual check point bersepeda/touring, tiket virtual gerbang jalan tol, dan lain sebagainya yang sangat membantu dan berguna untuk membantu beberapa pekerjaan manusia.

Mengantisipasi dampak buruk dan ambil manfaatnya

Banyak pemberitaan baik di media cetak dan elektronik akhir-akhir ini yang menyatakan bahwa ada beberapa pemain Pokemon Go yang membahayakan dirinya ketika berburu Pokemon seperti menyebabkan kecelakaan, nyasar ke tempat asing, dan bahkan menjadi sasaran pencopet/ perampok. Dalam berbagai sejarah revolusi teknologi, hadirnya teknologi baru pasti akan menghadirkan pisau bermata dua; dia akan bermanfaat jika digunakan dengan sebaik-baiknya dan berdampak buruk jika disalahgunakan. Pemain Pokemon Go yang mengalami dampak buruk kebanyakan adalah mereka yang tercandukan dengan buta dan lupa akan rambu-rambu alam nyata yang ada di sekitarnya. Banyak pemain game ini yang berkendara kemudian berhenti tiba-tiba karena menemukan Pokemon, sehingga terjadilah benturan kendaraan lain dari belakang dan celaka. Dan beberapa kejadian lain yang intinya adalah kurang antisipasi terhadap kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kemudian persoalan keamanan data dan foto lokasi, memang ini bisa terjadi bagi sebagian orang yang bertugas di tempat steril, seperti misalkan paspampres atau penjaga benda-benda pusaka yang memang disterilkan dari pengambilan foto dan rekaman lainnya. Saya kira memang perlu ada kekhawatiran, namun logikanya memang lokasi-lokasi tersebut seharusnya memang sudah disterilkan dari kamera digital dan sejenisnya, apalagi bermain Pokemon Go yang menggunakan teknologi AR (menyatukan 3D Pokemon dengan latar belakang gambar kamera belakang handphone). Namun saya kira pemerintah dan masyarakat kemudian tidak terlalu paranoid dengan game ini, asalkan bijak maka akan baik-baik saja dan pada hakikatnya sama dengan kekhawatiran kemunculan internet dulu, kita tahu bahwa banyak kekhawatiran yang berlebihan, terutama kekhawatiran bebasnya akses pornografi dan sejenisnya. Namun seiring berjalannya waktu, kita sekarang sudah memperoleh kemanfaatan yang lebih dari internet dari pada mudharot-nya, meskipun masih ada saja yang menyalahgunakan.

Terlepas dari kontroversi manfaat dan dampak buruk teknologi game tersebut, game ini telah menjadikan dunia maya dan dunia nyata menyatu dalam genggaman. Pemain game yang biasanya hanya berdiam, diharuskan berjalan-jalan jika ingin bermain game ini, hal ini akan baik untuk kesehatan karena bisa sambil lalu berolah raga. Bahkan jika ingin misinya sukses besar seperti menangkap Pokemon Legend, pemain game ini diharuskan mengunjungi tempat-tempat penting yang telah ditentukan dan biasanya adalah ikon-ikon landmark/wisata besar di negeri tempat kita bermain. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan ikon landmark negara kita kepada wisatawan asing yang hobi bermain game Pokemon Go, tentunya melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan The Pokémon Company.

Jika pemerintah mampu mengedukasi masyarakat dengan baik sehingga tidak terjadi lagi dampak buruk pada pemain game ini, maka potensi game ini bisa dijadikan media promosi tempat penting yang ada di negara ini, seperti tempat wisata, ikon kota yang potensial namun belum dikenal orang banyak, dan berbagai pengenalan tempat/daerah lainnya yang ingin dipromosikan dengan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat diletakkannya atribut-atribut penting game Pokemon, seperti tempat Pokemon Legend, yang mengharuskan pemainnya datang langsung untuk memperolehnya.

Ke depan penulis berharap, revolusi teknologi mixing dunia virtual-dunia nyata berbasis GPS ini akan bisa dikembangkan menjadi teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan dalam segala hal yang bisa membantu pekerjaan manusia sehari-hari dengan tepat, smart, efisien, dan membawa kemaslahatan yang lebih besar.

* Deklarator Computer Society of Nahdlatul Ulama (CSNU), Wk. Sekretaris LPTNU Jatim, sekaligus Dosen dan Kepala Laboratorium Studio Game di Prodi Teknologi Game, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)


Terkait