Balasan Perempuan Lebih Besar dari Apa pun yang Diberikan Laki-laki
Rabu, 22 Januari 2020 | 05:00 WIB
Kutipan dari Erick F. Gray – penulis buku Nasty Girls kelahiran New York Amerika Serikat - di atas terasa mengagetkan tidak hanya bagi kaum laki-laki tetapi juga kaum perempuan sendiri yang tak pernah berpikir bahwa mereka selalu membalas apa yang diberikan laki-laki dengan balasan yang lebih besar.
Tentu saja Erick memiliki sejumlah argumentasi yang masuk akal atas pernyataanya tersebut, antara lain sebagai berikut:
Pertama, “If you give her sperm, she'll give you a baby” (jika engkau memberinya sperma, dia akan memberimu seorang bayi).
Ketika laki-laki memberikan spermanya kepada perempuan melalui hubungan sebadan, perempuan akan mengembalikan apa yang diterimanya itu dalam ujud seorang bayi. Sebelumnya bayi itu berupa segumpal darah setelah beberapa saat terjadi pembuahan sel telur oleh sperma. Segumpal darah itu lalu berkembang menjadi daging dan akhirnya berujud manusia. Semua proses ini terjadi dalam rahim perempuan hingga akhirnya bayi itu lahir ke dunia.
Apa yang diperbuat perempuan terhadap si bayi tidak berhenti hanya pada saat bayi telah lahir tetapi ia terus memelihara, membesarkan dan mendidiknya hingga bayi itu tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak hingga dewasa. Anak itu secara hukum disebut anak sang ayah dan bukan anak sang ibu. Hal ini dibuktikan dengan embel-embel bin Fulan (bukan bin Fulanah) atau binti Fulan (dan bukan binti Fulanah) di belakang nama sang anak.
Pertanyaannya, lebih besar dan lebih berharga mana antara sperma dengan seorang anak?
Kedua, “If you give her a house, she'll give you a home” (jika engkau memberinya sebuah rumah (house), dia akan memberinya sebuah tempat tinggal (home).
Rumah adalah sebuah bangunan material. Ia terdiri dari benda-benda mati. Ketika laki-laki memberikan rumah bagi perempuan, rumah itu akan diberikan kembali berupa tempat tinggal yang nyaman. Kenyamanan terwujud ketika perempuan mencurahkan seluruh tenaga, pikiran dan waktunya untuk mengurus tempat itu serta memberikan layanan bagi seluruh anggota keluarga. Adanya kehidupan dalam rumah itu sangat terasa.
Tanpa sentuhan perempuan rumah akan cenderung kotor, semrawut dan bahkan berbau. Tidak hanya itu, rumah terasa hampa dan kering dari kasih sayang. Rumah tanpa perhatian perempuan hanyalah sebuah bangunan yang tidak menjanjikan apa pun kecuali kejenuhan dan kesumpekan yang jauh dari cita-cita baiti jannati (rumahku surgaku).
Pertanyaannya, lebih berharga mana antara rumah sebagai bangunan mati dengan bangunan tempat tinggal dengan suasana baiti jannati?
Ketiga, “If you give her groceries, she'll give you a meal” (jika kau memberinya bahan-bahan makanan, dia akan memberimu makanan yang telah dimasak).
Ketika laki-laki memberikan uang belanja harian kepada perempaun, taruhlah Rp 35.000,00 untuk membeli bahan-bahan makanan di pasar, maka uang belanja itu akan dikembalikan dalam bentuk makanan yang sudah dimasaknya di dapur. Nilai makanan yang telah dimasaknya bisa meningkat menjadi Rp 60.000,00 atau lebih karena telah menjadi masakan jadi yang rasanya enak seperti yang dikehendaki laki-laki.
Sangat masuk akal apabila uang belanja Rp 35.000,00 itu bisa meningkat nilainya menjadi Rp 60.000,00. Hal ini disebabkan karena banyak hal telah ditambahkan oleh perempuan seperti waktu, tenaga, pikiran dan keahlian kedalam proses perubahan dari bahan-bahan makanan menjadi makanan jadi yang siap saji.
Perubahan itu tidak lantas membuat perempuan mengklaim sebagai pemilik makanan. Perempuan tetap menyadari bahwa apa yang telah dimasaknya adalah milik suami karena kewajiban menafkahi keluarga ada pada laki-laki.
Pertanyaannya, manakah lebih besar nilainya antara Rp 35.000,00 dengan Rp 60.000,00?
Keempat, “ If you give her a smile, she'll give you her heart” (jika engkau memberinya senyum, dia akan memberikan hatinya kepadamu).
Senyum adalah suatu ekspresi keramahan yang bersifat spiritual. Ketika keramahan diberikan kepada perempuan, ia akan membalasnya dengan spiritualitas yang lebih tinggi derajatnya seperti perhatian, kesetiaan dan cinta.
Dalam arti material, argumentasi keempat itu juga bermakna sesuatu yang kecil yang diberikan laki-laki kepada perempuan, akan dibalas dengan sesuatu yang lebih besar. Contoh konkret dalam hal ini adalah mahar. Seberapa pun besar mahar diberikan laki-laki kepada perempuan, ia tak akan pernah sebanding nilainya dengan apa yang diberikan perempuan kepada laki-laki. Pemberian mahar dibalas dengan penyerahan seluruh tubuh perempuan beserta seluruh jiwa yang menyertainya.
Pertanyaannya, manakah lebih besar antara mahar dengan konsekuensi menerima mahar itu?
Dari keempat argumenasi di atas jelaslah bahwa setiap kebaikan laki-laki akan dibalas oleh perempuan dengan kebaikan yang jauh lebih besar. Tetapi pertanyaannya, bagaimanakah sikap perempuan apabila ia diperlakukan secara tidak baik oleh laki-laki?
Erick F. Gray memberikan jawaban sebagai berikut:
“She multiplies and enlarges what is given to her. So, if you give her any crap, be ready to receive a ton of shit!” (dia selalu melipatgandakan dan membuat lebih besar apa yang kau berikan padanya. Maka, jika engkau memberinya omong kosong, bersiaplah menerima satu ton sampah ataupun kotoran).
Artinya, perempuan juga bisa membalas apa yang diberikan laki-laki kepadanya dengan balasan yang lebih buruk ketika pemberian itu memang berupa keburukan dan apalagi menyakitkan.
Dari seluruh pernyataan Erick F. Gray di atas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya seorang perempuan sangat dipengaruhi oleh bagaimana ia diperlakukan oleh laki-laki. Jika ia diperlakukan secara baik, ia akan membalasnya dengan kebaikan yang jauh lebih besar. Jika ia diperlakukan sebaliknya, seperti diberi janji-janji palsu dan pengkhianatan, ia bisa membalas dengan balasan yang berat seperti omelan yang tiada henti, menggugat cerai hingga (ancaman) pembunuhan.
Hal-hal tersebut penting disadari oleh setiap laki-laki dalam kapasitasnya sebagai pasangan hidup sekaligus kepala rumah tangga agar mereka bersikap hati-hati dan bijaksana kepada perempuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dalam sebuah penggalan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:
وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا..
Artinya, “Dan berlakulah yang baik kepada wanita sebab mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berlakulah yang baik kepada wanita. (HR al-Bukhari).
Penulis adalah dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.