Opini

Peranan Gen-Z melalui STQH dalam Peningkatan Literasi Al-Qur’an di Indonesia

Ahad, 5 November 2023 | 16:00 WIB

Peranan Gen-Z melalui STQH dalam Peningkatan Literasi Al-Qur’an di Indonesia

Gen-Z peserta STQH Ke-27 Tahun 2023 di Jambi. (Foto: NU Online/Agung)

Dalam era teknologi informasi dan globalisasi yang berkembang saat ini, literasi Al-Qur'an di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman dan praktik keagamaan masyarakat. Literasi Al-Qur'an pada dasarnya mencakup kemampuan tidak hanya membaca dan menulis, melainkan juga dengan memahami maknanya, menerapkan hukum-hukum agama, menginternalisasi nilai-nilai moral, dan mengambil pedoman untuk menjalani kehidupan sehari-hari.


Untuk mengukur indeks literasi Al-Qur’an, Direktorat Penerangan Agama Islam Kementerian Agama melakukan survei bekerja sama dengan BRIN serta Lembaga Kajian dan Kebijakan Pendidikan Universitas Indonesia (LK3P UI) pada Juli 2023. 


Survei tersebut menunjukkan bahwa 66,038 persen masyarakat Indonesia memiliki tingkat literasi Al-Qur’an yang cukup tinggi. Persentase skor 66 masuk dalam kategori tinggi, karena skor lebih dari 60,00 yang mana merupakan kategori sedang. Hasil ini dapat dinilai positif, namun masih diperlukan upaya akselerasi untuk mencapai angka yang lebih tinggi.


Salah satu kendala utama yang menyebabkan lemahnya literasi Al-Qur’an adalah keterbatasan sebagian masyarakat mengakses layanan belajar Al-Qur’an, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).  Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih masif untuk menyediakan layanan bimbingan belajar Al-Qur’an di daerah-daerah tersebut.


Dalam konteks upaya meningkatkan literasi Al-Qur’an, peran dari berbagai pihak sangat penting. Program pembelajaran Al-Qur’an harus dioptimalkan dengan melibatkan para aktor bidang layanan keagamaan seperti Penyuluh Agama Islam, Majelis Taklim, Ormas Islam, dai/daiyah, dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ).


Berbagai entitas lembaga keagamaan di Indonesia juga telah berperan dalam pengembangan literasi Al-Qur'an. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam, memberikan pembelajaran menyeluruh tentang Al-Qur'an, termasuk hafalan dan kajian tafsirnya. Taman Pendidikan Al-Qur’an atau Madrasah Diniyah menyediakan akses ngaji bagi anak-anak dan remaja. Sekolah dan perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, juga menyertakan pembelajaran Al-Qur'an bagi pelajar dalam kurikulum mereka. Majelis taklim, sebagai pengajian di masyarakat, memasyarakatkan pemahaman Kitab Suci ini di tingkat lokal. Semua peran ini bersatu untuk memperkuat literasi Al-Qur'an.


Akselerasi Literasi Al-Qur’an

Kementerian Agama memainkan peran krusial dalam upaya meningkatkan literasi Al-Qur'an di Indonesia. Salah satu komitmen tersebut melalui penyelenggaraan Seleksi Tilawah Qur'an dan Musabaqah Hadits (STQH) yang telah berlangsung sejak tahun 1978.


Adapun tahun 2023, STQH yang digelar di Jambi mengangkat tema "Generasi Berkarakter Qur’ani dalam Mewujudkan Indonesia Hebat". Sebanyak 736 peserta dari seluruh penjuru Indonesia turut ambil bagian, mayoritas di antaranya adalah generasi muda yang dominan dalam kategori Generasi Z (Gen-Z). 


Mengapa Gen-Z memegang peran penting dalam meningkatkan indeks literasi Al-Qur'an di Indonesia melalui partisipasi dominan mereka dalam STQH 2023?


Dalam konteks ini, ada beberapa alasan logis mengapa kehadiran mereka membawa semangat baru dalam memajukan kemampuan bacaan, pemahaman, dan pengamalan ajaran suci Islam di kalangan masyarakat.


Pertama, agen literasi Al-Qur'an di setiap daerah. Melalui partisipasi peserta aktif STQH dari seluruh provinsi di Indonesia, gen-Z menjadi representasi dan inspirator bagi komunitas sekitarnya. Terutama di kawasan 3T, mereka menjadi agen perubahan yang memotivasi masyarakat sekitar untuk lebih mendalami Al-Qur'an.


Kedua, mengembangkan inovasi dalam pembelajaran Al-Qur'an. Gen-Z membawa semangat inovasi dalam metode pembelajaran Al-Qur'an. Dengan kreativitas mereka, mereka menciptakan pendekatan baru yang menyegarkan dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran suci tersebut.


Ketiga, akrab dan mahir dalam penggunaan media digital. Keterampilan gen-Z dalam memanfaatkan media digital memungkinkan mereka untuk menyebarkan konten literasi Al-Qur'an melalui berbagai platform sosial media. Mereka menjadi jembatan penting dalam menyampaikan pesan-pesan positif terkait Al-Qur'an kepada khalayak lebih luas.


Keempat, membangun jaringan komunitas yang kuat. Gen-Z memiliki kemampuan untuk membangun dan memperkuat jaringan komunitas dan yang berkaitan dengan literasi Al-Qur'an. Dengan memfasilitasi diskusi, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan bersama, mereka menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi individu-individu untuk lebih mendalami ajaran Al-Qur'an.


Kelima, menginternalisasi prinsip-prinsip moral tinggi dari Al-Qur'an. Gen-Z di pergelatan STQH akan membentuk karakter yang baik dan terhindar dari perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama. Mereka akan memupuk kebajikan dan menghindari keburukan.


Gen-Z, Harapan Bangsa

Peran strategis Generasi Z dalam meningkatkan literasi Al-Qur'an di Indonesia melalui partisipasi aktif dalam STQH 2023 tidak dapat dipandang sebelah mata. Mereka adalah tulang punggung dalam mengakselerasi pemahaman dan penghayatan terhadap ajaran suci Islam di tengah-tengah masyarakat. 


Melalui komitmen dan karakteristik yang adaptif dengan zaman, Gen-Z Qur'ani yang hebat ini tidak hanya menjadi penerus ajaran suci, tetapi juga agen perubahan yang membawa manfaat besar bagi bangsa Indonesia.


Dengan demikian, momentum STQH 2023 di Jambi menjadi tonggak penting dalam perjalanan literasi Al-Qur'an di Indonesia. Dengan semangat Gen-Z yang membara, harapan untuk mencapai tingkat literasi yang lebih tinggi di masa depan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin. Semoga ajaran Al-Qur'an terus menginspirasi dan membimbing seluruh masyarakat Indonesia menuju kebaikan dan keselamatan.


Ahmad Zayadi, Direktur Penerangan Agama Islam, Kementerian Agama RI.